Senin, November 10, 2014

Dengarkan Wahai Muslimin dan Muslimat!



Kekalahan Peradaban Barat terbukti dari tindakan-tindakannya yang menunjukkan keputus asaan. Pendudukan, penyiksaan, penahanan, propaganda, bukanlah tindakan-tindakan dari peradaban yang kuat, melainkan tindakan dari peradaban yang sakit.
Propaganda melawan Islam, pengemban syariah, Khilafah, dan dakwah adalah karena pemerintah-pemerintah Barat mengetahui bahwa mereka sedang menghadapi kebangkitan kembali Islam di seluruh dunia. Tindakan mereka seperti usaha membuat parit yang terakhir dari peradaban kapitalis yang sedang tenggelam.
Maka, kokohkanlah keyakinan anda, berikan loyalitas anda kepada Dien (Al-Islam) dan Umat. Jangan biarkan penyesatan yang membuatmu lemah, karena tingkatan ini hamper usai. Tidak lama lagi, situasi akan berubah cepat. Tanda keberhasilan perjuangan menuju Khilafah semakin Nampak jelas. Tahapan menuju kemenangan sudah semakin mendekat dari hari ke hari.
Keimanan kita pada Allah SWT adalah sangat besar dan harapan kita akan kemenangan yang dekat ini tidak tersentuh bahkan dengan sebuah ucapan. Dan Allah SWT maha berkuasa atas segala urusan-Nya, tapi kebanyakan manusia tidak tahu, dan Dia, segala puji bagiNya, berfirman:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.”. (TQS. An-Nur [4]: 55)

Pendidikan Islam, Saatnya Bangkit dari Keterpurukan



Memasuki abad ke-21, harus diakui bahwa umat Islam tertinggal jauh dengan peradaban Barat. Menjadi ke niscayaan yang tidak bias ditawar bahwa dalam proses penyehatan dan menyegarkan peradaban Islam yang lemah adalah dengan memperbaiki system dan tujuan pendidikan Islam. Tanpa itu, membangun umat Islam dari ‘tidur panjang’ adalah sebuah utopia.

Prof.Dr.Sidiek Baba dari Universitas Islam Antar bangsa Malaysia menyatakan, umat Islam harus menyadari, didalam Al Quran terdapat hampir 200 ayat tentang ilmu pengetahuan. Azasinilah, kata Sidiek, yang melahirkan sejumlah besar ilmuwan dan saintis Islam yang mengawali tradisi ilmu dengan tradisi hafalan, taksir, ketrampilan berbahasa, falsafah, logika, dan musik.

‘’Kemudian menemukan bidang ilmu lain seperti matematika, astrologi, kesehatan, sains, dan teknologi hingga akhirnya mampu menampilkan peradaban yang unggul”… Selain itu adanya kemorosatan hubungan ulama-ilmuawan dengan umara atau pemimpin karena pemimpin lebih mementingkan politis,’’

Intelektual Muslim asal Malaysia Osman Bakar menyatakan, sebenarnya ilmuwan yang baik dan Muslim yang baik bukan dua perkara yang saling bertentangan. Dari segi teori ajaran Islam, lanjut dia, pembentukan ilmuwan baik yang berjiwa Islam adalah kondisi yang wajar. ‘’Sejarah Islam telah membuktikan, kemajuan itu pernah tercapai,’’ cetusnya.

Untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam,  kemajuan ilmu pengetahuan Muslim didunia tergantung system pendidikan yang kemudian mengikuti transmisi dan implantasi pengetahuan secara holistik. ‘’Sistem pendidikan Islam sebaiknya berdasarkan pengetahuan agama, tapi pada saat yang sama berisi ilmu pengetahuan,

Selain itu, dukungan dana penyelenggaraan pendidikan dari pemerintah dan warga Muslim yang tergolong kaya belum memadai bagi upaya meningkatkan mutu pendidikan pesantren dan madrasah. Padahal, warga Muslim memiliki ribuan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang sebenarnya siap untuk dikembangkan menjadi lembaga-lembaga pendidikan modern dengan biaya yang jauh lebih murah dari pada membangun yang baru.

Tak ada alasan sama, pesantren tak mampu atau tak mau mengembangkan universitas bagi upaya meningkatkan pengembangan ilmu pengatahuan masyarakat Muslim. ‘’Yang mereka perlukan adalah akses kekekuasaan pemegang kebijakan yang memiliki kemauan dan menyediakan educational resources yang mereka perlukan untuk memajukan lembaga-lembaga mereka,’’

Pakar pendidikan Islam Indonesia, menyatakan, dalam menentukan arah pendidikan yang tepat, modernisasi tak berarti sekulerisasi. ‘’Karena itu upaya menuju integrasi ilmu sekuler-ilmu agama, itu seperti apa dan bagaimana caranya?’’, kondisi seperti itu memerlukan para elite dan tenaga pendidikan untuk menyamakan persepsi mengenai integrasi ilmu dan bagaimana menerapkannya dalam system pendidikan Islam.

Dalam hal ini pendidikan Islam perlu mengembangkan istilah-istilah studi Islam yang cocok dan konsisten. ‘’Dengan mengembangkan konsep-konsep Quran dan Hadits dalam ilmu-ilmu keagamaan dan sains, selain menerjemahkan dan pembumian atau lokalisasi ilmu umum dalam pengajian dan studi Islam,’’

  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...