Selasa, Februari 16, 2021

Kegiatan Baru Dimulai


    Melakukan multitasking tidaklah mudah, apalagi dilakukan terus menerus setiap hari. Kuliah dan berdagang. Sebelumnya aku pernah berdagang dalam lingkup kecil ketika di pondok dulu, hanya sebatas penghuni pondok sebagai target market. Belum pernah berdagang yang berhadapan dengan masyarakat luas. Kemarin dipertengahan menuju akhir tahun 2020, kedua orangtuaku membuka usaha di depan rumah. Karena aku ingin belajar berdagang, maka kami tidak merekrut pegawai. Aku mengajukan diri untuk berdagang di warung. Dikarenakan pandemi yang mengharuskan kuliah daring, jadi aku mempunyai waktu dan kesempatan untuk berdagang langsung di warung. Melakukan pekerjaan baru yang sebelumnya belum pernah kulakukan menjadi tantangan baru dalam hidupku. Memasak makanan yang belum pernah kumasak sebelumnya, berhadapan dengan pelanggan langsung yang belum pernah kulakukan sebelumnya, mengelola keuangan, mengatur waktu antara kuliah dengan berdagang, membuat adonan dan masih banyak hal lainnya. Mungkin bagi orang seumuranku lebih banyak menghabiskan waktu dengan melakukan belajar, nongkrong, jalan-jalan, melakukan kegiatan di rumah lainnya. Aku bisa melakukan hal itu, tetapi aku mencoba tantangan baru yang mengharuskan meninggalkan kegiatan biasanya aku lakukan dan orang lain seusiaku yang biasanya dilakukan. Berdagang ternyata tidak mudah. Tidak hanya sebatas cuan, cuan, dan cuan. Berdagang bukan hanya sebatas mendapatkan profit. Berdagang bukan hanya sebatas mendapatkan keuntungan. Lebih dari itu, berdagang membentuk dan menguji ketangguhan mental seseorang. Ayahku pernah berkata “yang namanya mental pedagang setiap hari dia jualan, gatau laku apa ngga”. Rejeki itu misteri. Kita bisa memprediksi jika dagangan kita laku maka akan memperoleh hasil sekian, tapi kenyataanya terkadang dagangan kita habis dan masih banyak peminat dan terkadang hanya sedikit sekali yang terjual. Disini lah ketangguhan mental pedagang diuji. Jika hanya berambisi dengan profit, maka jikalau dagangannya sepi dia akan mudah gulung tikar. Berdagang membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan masih banyak yang lainnya. Apalagi aku yang berdagang sambil kuliah. Menjaga warung sambil mendengarkan kuliah. Melayani pelanggan sambil kuliah. Memang capek dan berat melakukan multitasking seperti ini. Dari apa yang kulakukan ini aku bisa merasakan langsung bahwa mencari rejeki itu susah. Membangun sebuah usaha itu tidak mudah. Mungkin kita hanya melihat kesuksesan sebuah usaha tanpa melihat perjuangan seseorang dalam membangun usaha tersebut. Meskipun usaha yang ku jalani waralaba, bukan merintis dari nol, tetapi membangun sebuah brand awareness di kotaku perlu dilakukan. Menjaga stabilitas usaha yang sudah dikenal masyarakat. Di musim penghujan seperti ini kedatangan pelanggan menjadi penyemagat bagiku. Tidak berani mengatakan hujan sebagai faktor penghalang datangnya pelanggan, karena hujan rahmat dari Allah. Selalu berfikir bahwa rejeki seseorang tidak mungkin tertukar dengan lainnya, dan sudah dicatat oleh Allah. Kita hanya mampu berikhtiar dan berdoa mengupayakan agar rejeki itu sampai kepada kita. Walaupun nantinya aku akan mencari pegawai untuk warungku karena pasti ada saatnya kulian luring, dengan apa yang kujalani sekarang menjadi pengalaman baru bagi diriku. Mengerti bahwa mencari rejeki itu tidak mudah. Berdagang tidak hanya melulu tentang cuan. Rejeki itu misteri. Sepi atau ramai sudah lazim. Untung alhamdulillah. Rugi alhamdulillah. Aku tidak mengetahui apakah yang kulakukan sekarang ini berguna di masa depan? Aku meyakini bahwa apa yang kulakukan sekarang adalah hasil pilihan dan apa yang kulakukan di masa lalu. Dan aku meyakini bahwa aku di masa depan adalah hasil apa yang kulakukan dan apa yang ku pilih sekarang. 

by: Aghni Asshidiq

  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...