Kamis, Maret 11, 2021

KILAS BALIK SEBUAH TITIK


 

Aku bukan orang yang pandai merangkai kata. Namun, aku ingin berbagi sedikit kisah. Ini kisahku, kisah ini dimulai dari sebuah luka yang pernah ku alami.

"Kenapa nangis sih?" tanyaku pada cermin yang sudah berapa kali ku datangi. Lalu tertawa, kemudian menangis lagi.

"Ah, capek ya? Padahal biasanya juga dunia lebih sesakkan ini kamu biasa aja kan. Terus, sekarang kenapa? "Tanyaku lagi pada cermin. Padahal aku tahu benda pipih itu tidak akan menjawab, Ia hanya akan mendengarkan bualan yang keluar dari mulut ini.

Rasanya benar-benar berat, semuanya menyakitkan. Sungguh, aku ingin menyerah. Luka hati dan emosi yang tiada kata akhir, buat hidup lebih pedih.

Dret!

Sebuah notifikasi kiriman pesan singkat dari seseorang yang mungkin bisa dibilang pemberi peluk terbaik. Kita sedang jauh, tapi hangatnya bisa aku rasakan di malam itu.

“Aku nggak tahu kamu kenapa tiba-tiba hilang begini. Tapi, aku yakin kamu bakal baca pesanku."

Ku kira dia hanya mengirimkan pesan itu ternyata masih ada pesan-pesan selanjutnya.

“Jangan stres terus nanti bikin otak kecil. Terluka boleh, bego jangan. Dan lagi, jangan dipaksain ya, istirahat juga perlu! "Aku terkekeh, membayangkan setiap detail ekspresi si pengirim pesan.

Dret!

“Kamu boleh merasa hancur, tapi cuma hari ini. Besok harus bangun pondasi lagi, yang lebih kuat terus yang lebih kokoh juga. Aku ada buat kamu dan siap jadi pendengarmu. Nanti kalau kita udah bisa ketemu, kamu bebas pelukin aku, hehehe. Selamat malam!" 

Aku tersenyum mendekap benda elektronik pipih berwarna hitam itu erat-erat. Kemudian mengetikan balasan singkat, “Hehehe, iya nanti wait aku. Aku culik kamu seharian kita muter-muter. Tunggu ya, makasih. ”

Setelahnya, aku hanya termenung ku peluk dan kuajak bicara diriku 

"Ternyata masih ada kamu alasan aku tetep bertahan. Bukan hanya kamu, tapi juga orang-orang yang menyayangiku. Aku terlalu terpuruk dalam keadaan sampai aku tak melihat banyak sekali orang yang menyayangiku. ”

Kemudian, semua menjadi gelap. Aku putuskan untuk terpejam, berharap dengan mengistirahatkan raga yang lelah segera menumbuhkan sayap yang terus-menerus patah.

Mungkin kamu juga pernah, sudah atau akan berada di titik tersebut. Titik dimana berada kamu belajar hingga kini menjadi dirimu yang sekarang. Kau tahu selain seseorang disana apa yang ku lakukan untuk setidaknya sembuh dari luka. Aku selalu berkata pada diriku seperti ini “Sebentar lagi, ya sebentar lagi. Segala jerih payah dan kepenatan akan terbayar. Anggaplah kesulitan itu sebagai anugerah, anugerah yang tak semua orang dapat menerimanya, yang akansegera terbang ke langit kedewasaan. Tetaplah melangkah dan tersenyum, sebab itu juga yang akan menjadi penguatmu. Berilah jeda, jika dirasa itu sudah melebihi kapasitasmu. Menepilah berangkat dan pulanglah saat kamu sudah baik-baik saja karena ada banyak orang tersayang yang menunggumu. Setelah kesulitan aka nada cinta. Janji-Nya itu pasti, selangkah lagi, kami bisa menarik nafas lega. ”

BY : SYAFIRA R 

  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...