Rabu, Maret 01, 2023

Sebegitu Menarikkah Kulit Putih Bagi Orang Indonesia?

Kelompok Indigenous

  1. Muhammad Hafizh Kurnia (F100210001)

  2. Rahmanida Ulhaq A (F100210117)

  3. Herlina Putri (F100210221)

  4. Niken Putri (F100210241)


Sebegitu Menarikkah Kulit Putih Bagi Orang Indonesia?

Pandangan kulit putih sedari dulu selalu menjadi standar kecantikan yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Kenapa harus kulit putih? Emang cantik harus putih dulu? Beberapa orang beranggapan bahwa perempuan yang cantik adalah perempuan yang memiliki kulit putih. Oleh karena itu dalam artikel ini kita akan membahas seberapa menarik kulit putih bagi orang Indonesia dan alasan mereka lebih terobsesi memiliki kulit putih.


Sudut Pandang Sejarah

Kita terutama sebagai orang Indonesia yang sangat mendambakan kulit putih memiliki kebiasaan untuk menabur pupur bayi/bedak bayi pada anak-anaknya agar mereka tampak lebih putih.

Penggunaan bedak bayi atau pupur bayi pada balita merupakan manifestasi dari mentalitas Inlander dan merupakan obsesi orang Indonesia terhadap kulit putih. Inlander merupakan kata yang berasal dari bahasa Belanda yang memiliki arti pribumi, kata tersebut merupakan kata ejekan oleh orang Belanda kepada penduduk asli Indonesia sebagai orang-orang pribumi yang memiliki kedudukan ataupun kemampuan yang lebih rendah.

Orang kulit putih pada zaman dahulu merupakan penjajah yang memiliki status sosial tinggi dan merupakan tanda bahwa seseorang tidak banyak menghabiskan waktu diluar rumah dengan bekerja keras. Sesuatu yang memiliki warna putih dianggap lebih baik karena dianggap lebih bersih. Sementara itu, warna hitam dianggap sebagai hal yang kotor dan tidak diinginkan. Hal ini memunculkan Mentalitas Inlander atau mentalitas rasa rendah diri dan tidak percaya diri.

Pada zaman pra-penjajahan Belanda, putih tidak dilekatkan dengan ras, tetapi hanya sebagai warna atau warnaisme di mana hal-hal yang berwarna putih memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada warna hitam. Putih kemudian dipercaya bukan sebagai sekadar warna, melainkan terminologi yang mengandung hierarki berbasis rasialisme, warnaisme, dan gender. Sesuatu yang memiliki warna putih dianggap lebih baik karena dianggap lebih bersih. Sementara itu, warna hitam dianggap sebagai hal yang kotor dan tidak diinginkan.

“Secara tidak sadar, kita berpartisipasi melanggengkan gagasan-gagasan mengenai superioritas putih itu. Proses pemaknaan itu berlangsung secara tidak sadar melalui tatanan emosi kita. Misalnya, dalam berbagai film, karakter yang baik biasanya memiliki warna putih atau warna terang. Sementara tokoh yang jahat, menakutkan, dan horor, ditandai dengan warna hitam, seperti jubah hitam,” ujar Ayu Saraswati, seorang penulis dan pengajar bidang kajian perempuan di Universitas Hawaii, dalam diskusi panel ‘Bongkar Kata’ Etalase Pemikiran Perempuan 2021 pada (24/7).

Tidak bisa dipungkiri banyak dari masyarakat kita yang masih memiliki mental terjajah, masih banyak kita mengagung-agungkan orang barat/bule sebagai standar kecantikan seperti tinggi, berhidung mancung, berkulit putih, dan lain sebagainya. Penyebab dari obsesi kulit putih ini selain dari rasa inferioritas penampilan yang dirasakan oleh kebanyakan orang di Asia terutama di Indonesia, kulit putih juga merupakan standar utama kecantikan di Asia.


Sudut Pandang Modern

Waktu telah berlalu, tren sebenarnya ikut berubah. Tapi tak terlalu signifikan terutama tentang obsesi dalam memiliki kulit putih. Terutama kini, kulit putih bukan lagi jadi satu-satunya obsesi orang Indonesia. Tren kulit berkilau alias glowing skin atau glass skin juga menjadi hal yang didambakan. Tak cuma menginginkan kulit putih cerah, ada banyak orang ingin kulitnya kelihatan kinclong porselen seperti orang-orang dari negara sub-tropis.

Konstruksi media massa merupakan salah satu faktor utama dimana membuat pandangan sebagian perempuan menciptakan adanya stigma yang mengatakan cantik itu putih. Kemudian selain media massa adanya faktor lain yaitu masuknya budaya seperti K-Pop yang selalu memperlihatkan terutama para penyanyi girlgroup/boygroup, artis dan model kosmetik Korea yang berparas cantik atau tampan, dan memiliki kulit yang putih.

Berbagai iklan kosmetik menampilkan seseorang yang memiliki warna putih. Memiliki kulit putih dianggap ideal karena sudah menjadi tolak ukur media sebagai pemikat atau daya tarik untuk konsumen. Bahkan di media sosial banyak utas yang viral karena

mengunggah cara memutihkan kulit dengan instan walaupun hal tersebut belum teruji dan bahkan bisa membahayakan.

Pemaknaan perempuan ideal biasanya dari pikiran mereka, perempuan yang ideal adalah orang yang tinggi, kurus, berkulit putih, wajah tanpa pori-pori, simetri, orang yang sepenuhnya "sempurna". Hal ini yang semakin mendorong seseorang untuk merasakan urgensi memiliki kulit putih agar dipandang lebih baik oleh orang lain maupun publik.


Standar Kecantikan Indonesia

Sebenarnya memberikan suatu definisi tentang kecantikan bukanlah suatu perkara mudah, dikarenakan arti kecantikan adalah sebuah konsep dan selalu menjadi bahan diskusi yang tidak pernah selesai untuk dibicarakan.

Sebuah klinik kecantikan yang cukup terkenal di Indonesia yaitu ZAP Clinic, beberapa waktu yang lalu melakukan sebuah survei online kepada 17,889 perempuan Indonesia sebagai koresponden. Survei tersebut mengulas berbagai pandangan, perilaku, dan kebiasaan perempuan Indonesia seputar industri kecantikan. Data dari survei tersebut membuahkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari hasil survei ZAP Beauty Index (2020), 73.1 persen perempuan Indonesia menganggap definisi cantik adalah memiliki kulit yang putih bersih, dan glowing.

Dalam penelitian Prabasmoro (2003) dan Yulianto (2007) menunjukkan bahwa ras kulit putih masih dianggap sebagai ras tertinggi dan terbaik dalam hierarki warna kulit yang ada. Sehingga, keinginan untuk mendapatkan kulit yang (lebih) putih bisa dimaknai sebagai keinginan untuk lebih mendekati ras yang paling sempurna tersebut.

Ketika ada anggapan bahkan stigma bahwa warna kulit ideal adalah kulit yang putih, beberapa manusia yang memiliki kulit gelap dan kusam ingin memiliki kulit cerah dengan melakukan berbagai macam perawatan kulit agar memiliki kulit yang dinilai ideal. Hal ini menimbulkan beberapa pola pikir bahkan perilaku yang disebabkan oleh anggapan serta stigma bahwa kulit putih merupakan standar kecantikan seperti timbulnya perasaan Insecure, diskriminasi, dan lain-lain.


Insecure dan Inferior

Merasa Insecure bahkan Inferior wajar ga sih? Seseorang cenderung lebih mudah merasakannya, ketika kulit putih menjadi standar kecantikan yang seakan menjadi suatu keharusan. Nah, Insecure adalah perasaan cemas, ragu, atau kurang percaya diri sehingga membuat seseorang merasa tidak aman. Dalam hal ini, rasa Insecure timbul dikarenakan seseorang tidak memiliki kulit putih yang dianggap sebagai suatu yang harus dimiliki untuk dikatakan menarik. Terutama dengan adanya stereotyping memiliki kulit putih sebagai suatu keharusan yang menjadi semacam mantra yang mengakar kuat pada orang-orang.

Perasaan Insecure ini menyebabkan timbulnya rasa gelisah bahkan perasaan minder. Insecure juga mendorong seseorang untuk berpikiran tidak logis dan bahkan mendorong mereka melakukannya untuk mencari rasa aman (Secure). Salah satunya adalah mengembangkan pola pikir judging and comparing antara penampilan diri dengan orang lain yang bahkan mendorong seseorang untuk melakukan berbagai upaya agar mereka dapat putih. Contohnya adalah menggunakan berbagai produk skincare, suntikan, maupun berbagai perawatan lainnya. Terutama dengan maraknya berbagai produk pemutih kulit yang beredar dimana-mana.

Perasaan Inferior menyebabkan kita menjadi overthinking atau pesimis, menarik diri dari kehidupan sosial karena kurangnya rasa percaya diri atau bahkan memandang rendah diri sendiri. Hal ini mendorong kita untuk cenderung tidak puas dan bahkan membenci diri sendiri karena menganggap bahwa orang lain lebih unggul daripada diri sendiri. Misalnya seseorang membandingkan warna kulitnya dengan orang yang lebih putih daripada dirinya sendiri, hal ini membuat diri seseorang tersebut merasa tidak nyaman karena takut dibandingkan oleh orang lain dan akan dipandang rendah.


Diskriminasi Sosial

Saat kulit putih menjadi standar dan sesuatu yang harus dipenuhi oleh semua orang, maka kelompok orang-orang yang terlahir dengan kulit gelap sulit mendapatkan tempat di lingkungan sosial mereka. Kelompok ini akan rentan mendapatkan label-label negatif misalnnya: kucel, kumel, jelek dan lain sebagainya yang akan mengarah pada diskriminasi, mereka akan merasa dikucilkan dengan perlakuan demikian. sekalipun seringnya kita temui hal demikian diselipkan dalam konteks bahan gurauan namun jika objek dari kata-kata tersebut tersinggung bahkan sampai menimbulkan efek buruk bagi dirinya maka ini sudah termasuk dalam tindakan diskriminasi ras.

Dampak yang ditimbulkan dari diskriminasi tersebut amat beragam. mulai dari pengucilan karena dianggap tidak selevel dengan orang yang berkulit putih, asumsi negatif yang berkembang dan tersebar luas, kekerasan fisik, gangguan kesehatan mental seperti depresi, sampai membuat objeknya mencoba jalan pintas untuk mendapat kulit putih dengan menggunakan skincare non-BPOM yang mengandung mercury atau bahan berbahaya lainnya.


Self Love

Mencintai diri sendiri atau sering kita kenal dengan istilah self love merupakan bentuk apresiasi diri kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang bersifat dinamis dan bukan bentuk dari egosentris ataupun narsisme. Self love mampu mendukung pertumbuhan baik fisik, psikologis maupun spiritual ke arah yang lebih baik. Orang yang mampu menerapkan perilaku self love akan berusaha untuk memahami dan menghadapi dirinya sendiri, menerima kekuatan dan kekurangan dirinya dan mau untuk merawat dirinya serta memiliki hubungan yang sehat secara sadar dan aktif dengan orang lain.


Perluas Referensi

Ada begitu banyak hal didunia ini, terdapat banyak musim, jenis buah termasuk standar kecantikan. Kita tidak seharusnya didikte dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan diri kita dan tidak logis. Memperluas referensi artinya memperluas sudut pandang akan diri dan orang lain, kita bisa melihat sesuatu dengan kacamata baru. Misalnya, di negara barat orang-orang cenderung menginginkan kulit gelap atau tanning karena alasan kesehatan dan sering dikaitkan sebagai orang sukses yang bisa jalan-jalan ke negara tropis di belahan dunia yang jauh dari asal mereka. Melihat tokoh-tokoh yang sesuai dengan diri kita untuk dijadikan role model juga merupakan salah satu usaha untuk memperluas sudut pandang.



Daftar Pustaka

Abraham. (2017, Oktober). Mengapa Obsesi Menjadi Lebih Putih Makin Lama Makin Bahaya. VICE. Diakses pada pukul 09.11 WIB, 27 Desember 2022, Diakses dari : https://www.vice.com/id/article/mb7wda/mengapa-obsesi-menjadi-lebih-putih-semaki n-berbahaya

Adam, A. (2018, September). Kulit Putih Lebih Penting daripada Bahagia? tirto.id. Diakses pada pukul 09.15 WIB, 27 Desember 2022. Diakses dari : https://tirto.id/generasi-z-kulit-putih-lebih-penting-daripada-bahagia-cZBV


Aminah. (2020). Good Looking. Banten : UIN Sultan Maulana Hasanuddin Anya, Z. (2022). Self             Love Untuk Meningkatkan Harga Diri Remaja.

Arwanda, D. Wulandari, E.A. & Saputra, M.R. (2022). Putih yang Ideal : Representasi Warna Kulit Perempuan dalam Iklan Kosmetik Vaseline Insta Fair Tahun 2013. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


Nadhifa, N.L. Beban Ganda yang Dialami Perempuan Kulit Hitam dalam Dua Novel Toni Morrison, A Mercy and Home. Jawa Timur : Universitas Brawijaya.


Oktaviani, J. (2022). Fenomena ‘Colorism’ Sebagai Bentuk Stratifikasi Sosial Di Kawasan Asia Tenggara. Yogyakarta : Universitas Jenderal Achmad Yani.


Phalosa, S.A. (2021). Pentingnya Self Love dan Cara Menerapkannya dalam Diri. Jawa Barat : IAIN Syeikh Nurjati Cirebon.


Rahmawati, H.J. (2021). Demam Korea : Minat Beli Terhadap Produk Kecantikan Korea (K-Beauty). Jawa Timur : Universitas Negeri Sunan Ampel.


Rohmah, C. (2018). Representasi Supremasi Kulit Putih Bagi Perempuan Dalam Produk Iklan Sebagai Standar Kecantikan. Surakarta : IAIN Surakarta.


Utami, L.S. & Sukisman, J.M. (2021). Perlawan Stigma Warna Kulit Terhadap Standar Kecantikan            Perempuan Melalui Iklan. Jawa Barat : Universitas Tarumanegara.

  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...