Senin, Maret 01, 2021

ONCE UPON A TIME

 


Selasa, 2 Februari 2021

Hari ini aku memutuskan untuk mulai menulis keseharianku. Aku berharap dengan hal ini aku dapat mengenang dan juga belajar dari kesalahanku.

Tahun ini dimulai dengan harapan yang luar biasa besar dari seluruh manusia di dunia agar dunia menjadi lebih baik atau paling tidak kembali pada kondisi normal. Seperti yang kita semua tau bahwa dari tahun 2020 kemarin kita dihadapkan dengan banyak sekali cobaan, tahun sebelumnya juga banyak namun di tahun 2020 kita memiliki tantangan yang berbeda dan pastinya baru bagi hampir semua orang. Pandemi covid yang menyebar hampir ke seluruh dunia membuat semua aktifitas kehidupan berheti seketika selama beberapa saat. Segala kegiatan yang menjadi rutinitas terpaksa dihentikan untuk memutus peredaran virus. Semua manusia dipaksa mundur, masuk kedalam rumah masing-masing, rencana yang luar biasa harus dibatalkan, agenda yang disusun lama harus ditunda, banyak kekecewaan yang dialami di tahun 2020. Karena pedihnya tahun lalu membuat semua orang berharap bahwa pada tahun yang baru ini juga membawa harapan baru bahwa keadaan akan menjadi lebih baik, namun itu hanya angan. Di negriku sendiri, bulan januari menjadi bulan yang penuh duka, bencana alam dan non alami yang beruntun menimpa negriku membuat duka semakin terpancar, belum usai musibah yang satu sudah ditimpa musibah yang lain, belum bangkit sepenuhnya sudah di juatuhkan lagi. Mungkin ini juga sebagai teguran pada kami bahwa banyak kesalahan yang telah kami lakukan, baik orang tinggi maupun rendah, yang diatas maupun dibawah, yang memerintah dan diperintah.

Namun dengan banyaknya kemalangan yang datang juga membuka kesempatan bagi banyak orang untuk mencoba hal baru, contohnya pada ku yang mulai menulis, walaupun harus menunggu banyak waktu untuk memulainya . Iya, dengan adanya pandemi ini aku jadi memiliki waktu lebih untuk menulis. 

Hari ini aku menemukan sebuah cerita yang cukup membuatku terdiam, cerita ini datang dari orang terdekatku, cerita yang mungkin cukup umum juga namun tetap tidak dapat dimaklumi. Dia adalah seorang gadis yang cukup aktif namun juga sensitif, berada diasrama membuat dia kurang mengenal dunia luar dan juga internet. Selama dirumah ia diberi kebebasan mengakses internet karena pembelajarannya, namun karena sifat dasar remaja yang penuh rasa ingin tahu membuat dia terkadang bertindak ceroboh. Dia menemukan teman baru melalui internet dan bergabung dengan grup yang nggak jelas. Ceritanya dimulai saat dia iseng mengunggah foto dirinya di story whatsapp sehingga orang lain dapat melihatnya. Temannya dalam grup tadi mereplay storynya dengan menanyakan hal yang kurang pantas, dia yang menganggap pertanyaan itu biasa pun hanya menjawab seadanya, namun temannya itu tampak terlalu berlebihan dalam menanggapi sehingga menghina dengan kata-kata yang sangat tidak sopan, ditambah temannya membagikan capture storynya di grup itu dan menghinanya bersama teman yang lain, ini termasuk cyber bullying bukan?. Dia yang terlanjur emosi dengan cerobohnya membuat story kata-kata yang juga kurang pantas karena kesal, karena hal itu akhirnya dia mendapat hukuman dari ayahnya. Aku yang sebelumnya nggak tau tentang cerita dibaliknya menanyakan kepada dia alasannya membuat story tersebut, setelah dia cerita akhirnya aku mengerti kenapa dia nampak sangat emosi, siapa yang dapat bersabar jika mengalami perundungan. Setelah itu aku coba memberi sedikit nasihat kepadanya dan menyarankan untuk keluar saja dan memblokir temannya itu karena menurutku itu bukan hubungan yang baik dan cenderung toxic, mereka bahkan tidak saling kenal secara langsung.

Ya, dari situ aku belajar bahwa terkadang apa yang kita lakukan menurut kita bukan suatu hal yang salah, namun kita nggak tau apa yang dialami oleh orang lain karena perbuatan kita. Perundungan bukan hal yang baik, mau itu secara langsung ataupun tidak langsung, dan nggak pantas pelaku perundungan di bela. Mengingat kembali bahwa kita harus berhati-hati dengan apa yang kita perbuat. Harus berhati-hati dalam bergaul dan memilih lingkungan pertemanan, memfilter perkataan dan tidak melakukan tindakan saat marah sehingga menyebabkan kita bertindah bodoh. 


Hari - hariku…

 



Sebagai anak rantau, saya sudah sangat jarang berada di rumah bersama keluarga. Mulai dari saya SMP sampai dengan saya kuliah saat ini, saya sudah harus pergi meninggalkan kota kelahiran saya untuk melanjutkan pendidikan saya. Komunikasi yang bisa saya lakukan saat itu hanya bisa melalui telephone saja atau sesekali video call. Itupun lumayan jarang, dikarenakan juga orang tua saya sibuk dan saya juga terkadang takut mengganggu jika saya memulai dulu untuk menelphone, dan biasannya saya lebih memilih memberikan pesan saja pada orang tua saya. Namun orang tua saya selalu menyempatkan waktunya untuk menelphone saya, biasnnya dihari mereka libur. 

Dengan adannya wabah ini, yang menharuskan kita untuk selalu berada di rumah dan melakukan segala kegiatan dari rumah menurut saya ada hikmah yang dapat saya ambil. Dengan ini saya lebih banyak menghabiskan waktu saya dirumah dan pastinnya dengan keluarga saya. Awalnya rasa agak canggung, merasa aneh itu pasti ada, karena kita harus memulai kembali untuk mentaati peraturan - peraturan yang sudah berlaku di rumah. Semula terbiasa hidup sendiri, dan menyelesaikan kewajiban sendiri, namun sekarang saya harus berbagi dan menyelesaikan segala hal dengan anggota keluarga di rumah. Tanggung jawab saya yang semula diambil alih oleh orang lain selama saya tidak di rumah, sekarang tanggung jawab itu sudah kembali lagi kepada saya. Seperti pekerjaan rumah contohnya. Sebagai anak perempuan saya harus membantu ibu saya menyelesaikan pekerjaan rumah, seperti mencuci baju, menjemur, menyapu, mengepel lantai, memasak, dan kegiatan lainnya. Yah, hitung - hitung ini juga semua bermanfaat buat saya kedepannya, jika nanti saya sudah harus kembali merantau lagi, saya bisa lebih mandiri dari pada sebelumnya. Mungkin dengan ini harapan yang ibu saya inginkan adalah tetap memiliki kebiasaan hidup yang baik dan kemandirian yang sama seperti saat merantau meskipun saya dirumah. Jadi walaupun saya dirumah tidak seutuhnya saya bisa rebahan, bermalas - malasan, main - main, karena saya harus membantu ibu saya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. 

Terlepas dari itu semua saya juga mendapat tugas baru dari orang tua saya, yaitu membantu adik saya yang paling kecil untuk menyelesaikan tugas sekolahnya selama sekolah daring ini. Biasannya ketika saya sudah selesai kelas pada perkuliahan saya, saya pasti langsung membantu adik saya untuk mengerjakan tugasnya. Dikarenakan orang tua saya yang sangat sibuk maka biasannya sudah terlalu capek ketika harus mendampingi adik saya belajar untuk malam harinnya. Karena saya sekarang dirumah maka, sekarang tugas itu dialihkan pada saya. Saat ini adik saya masih kelas tiga SD jadi masih banyak membutuhkan bimbingan dalam menyelesaikan tugas - tugasnya. 

Yah semua itu bisa saya lakukan dengan senang hati tanpa merasa terbebani sedikit pun. Sudah tugas saya juga sebagai seorang kakak untuk melakukan hal tersebut. Banayak pengalama - pengalama baru yang bisa saya dapatkan selama saya berada di rumah. Dulu ketika saya masih duduk dibangku SMP maupun SMA ketika saya libur dan saya pulang kerumah saya sangat jarang sekali berada di dapur bahkan menyentuh barang - barang dapur pun sangat jarang sekali, dikarenakan dulu pasti kalo semisal saya ingin membentu mbak atau ibu saya di dapur saya dilarang. Tapi sekarang tidak, selama saya dirumah saya banyak belajar memasak bersama mbak dan ibu saya. Dulu ketika saya akan merantau saya belum sepenuhnya bisa memasak, ya saya hanya bisa memasak nasi saat itu dan memasak makana - makanan cepak saji. Namun selama saya dirumah saya banyak belajar memasak dengan mbak dan ibu saya. Dan saya mencoba untuk memberikan kepercayaan kepada mereka bahwa saya bisa. Dan yaa hasilnya benar ternayata saya bisa memasak, bisa tau bagaimana cara menggoreng yang benar, bagaimana cara memasak nasi yang benar, bagaimana cara membuat sayur, membuat kue dan masih banyak lagi. 

Ibu saya adalah orang yang sangat suka memasak dan membuat kue, atau cemilan - cemilan ringan. Banyak sekali resep - resep yang sudah ibu saya ajarkan pada saya selama saya dirumah. Biasannya ketika ibu saya libur kerja dan tidak banyak tugas yang harus beliau selesaikan saat itu, ibu saya pasti mengajak saya membuat sesuatu. Yah walaupun terkadang masih suka gagal, tapi seru dan menyenagkan rasannya. Dulu aku tidak tau bagaimana cara membuat ceriping pisang, bagaimana cara membuat donat, bagaimana cara memasak sayur sop, menggoreng ayam, dan masih banyak lagi hal - hal yang belum aku ketahui walaupun itu terlihat gampang. Namun sekarang semua itu sudah banyak yang saya ketahui dengan saya belajar memasak dengan ibu saya serta cara - cara yang sudah ibu saya ajarkan kepada saya. 

Selain memasak, selama dirumah ini ibu saya mengajarkan saya untuk berkebun. Karena ibu saya sangat menyukai aneka tanaman. Sangat banyak sekali tanaman yang beliau miliki di rumah. Saya anaknya tidak terlalu suka dengan hal - hal seperti itu, tetapi dengan melihat ibu saya yang suka berkebun, merawat tanaman - tanamannya, saya jadi merasa tertarik untuk mengikuti beliau. Jadi biasannya saya suka ikut ibu saya ketika mau membeli bunga atau mau mebeli perlengkapan - perlengkapan untuk berkebun lainnya. Dan biasannya ketika beliau mulai menanam tanaman baru saya juga ikut membantu beliau menanam. Biasannya saya membantu ibu saya dengan menyiram tanaman dan membersihkan daun daun jatuh yang berada disekitar taman itu. Selain bunga ada juga yang ditanam seperti pohon cabe, terong, bayam, pare, dan banyak lagi. Ada juga buah - buahan yang ditanam dikebun ibu saya, seprti pohon nagka, kelengkeng, mangga, buah naga, dan pisang. Nah dari sini saya merasakan, ternyata berkebun juga ngga kalah asiknya, walaupun harus kotor - kotoran, digigit nyamuk kan terkadang juga, tapi asik juga sih. 

Selama dirumah tidak hanya itu saja yang biasa saya lakukan. Terkadang saya ketika pagi hari setelah subuh, saya suka diajak ayah saya bersepedah pagi - pagi sebelum ayah saya bersiap siap untuk berangkat ke kantor. Terkadang juga saya suka bersepedah sendiri sore - sore atau biasannya jika adik saya yang pertama tidak sibuk dia suka mengajak saya bersepedah ketika hari libur. Yah bisa dibilang bersepeda adalah hobi baru saya. Sudah sangat lama sekali saya tidak bersepeda, setelah saya masuk SMP saya sudah jarang sekali main sepeda, karena dulu sewaktu saya SMP maupun SMA saya kemana - mana dengan berjalan kaki, diantar ustadzah atau naik angkutan umum ketika harus pergi jauh.

Yah begitulah kurang lebih cerita saya selama saya di rumah. Tetapi terlepas dari itu semua, saya akhirnya dapat menghabiskan waktu bersama keluarga lebih banyak lagi. Sesuatu yang tidak mungkin saya lakukan di perantauan. Memang bener ya bahwa harta yang paling berharga itu keluarga. Dengan ini saya semakin menghargai betapa berartinnya keluarga.


  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...