Jumat, April 21, 2023

Ketika Perempuan di Pandang Berguna Tapi Tidak Berdaya

Riandini Pawaswari Sapitri (@temenpodcast)

        Monster yang paling mengerikan untuk perempuan adalah pertanyaan yang keliru dan tidak relevan untuk di katakan.  "Jangan pulang malem ya!"  entah itu ungkapan dari orang tua, teman, pasangan atau yang lainya. Sebenarnya pernyataan  itu sah-sah saja, namun alasannya yang keliru dimana perempuan di anggap lemah . sebenarnya  jam  malam  itu bukan  hanya pemilik perempuan  saja, pulang malam hari itu berorientasi pada keamanan dan kesehatan. Pertanyaanya apakah laki-laki  tidak  membutuhkan keamanan dan kesehatan ? andai saja pertanyaan itu di khususkan untuk perempuan sepertinya steoritipe sepertinya akan berkurang. Membahas terkait perempuan sepertinya tidak akan  nada ujung nya jika muatan yang di bahas berupa perdebatan bukan solusi. Mengupas satu demi satu terkait kesetaraan gender rasanya hanya sebatas stimulus dalam berdiskusi, kesetaraan di masyarakat sepertinya memiliki multi tafsir dimana banyak pemahaman yang berbeda.

     Kesetaran yang di perdebatkan ada kesamaan yang mutlak benar-benar sama. Jika merujuk pada penciptaan manusiaan baik laki-laki dan perempuan sudah memiliki fitrahnya tersendiri, dimana hal tersebut sudah menjadi bagian ketentuan Allah SWT, adapun isu-isu yang pernah muncul terkait misogini dalam Al-qur`an dimana pemahaman terkait adanya ayat Al-Qur`an yang mendeskriminasi perempuan. Jika kita menganalisis lebih dalam, justru islam sangat memanusiakan manusia dan tidak memandang entah itu laki-laki atau perempuan. Perempuan sering kali di anggap lemah dan tak berdaya baik dari sisi pekerjaan, peran dan tanggungn jawab, dan kesempatan. Namun sayang di sisi lain apa-apa perempuan, masak urusan perempuan, dapur urusan perempuan, ngurus anak perempuan secara tidak langusung perempuan di angggap berguna untuk perkejaan apapun itu. Namun konyol sekali dengan realitas perempuan berdaya guna dan mampu multitasking, di sisilain perempuan seringkali di label manusia lemah, tidak berdaya, slalu bergantung pada orang lain. Perempuan sudah seharusnya tidak di label dengan seseorang yang lemah dan tidak berdaya, saat nya mematahkan judgement yang keliru. Perempuan yang berdaya guna bukan berguna tapi tidak berdaya.. hidup Immawati.

Sabtu, April 01, 2023

Dari Rapuh ke Tangguh: Menelaah Generasi Strawberry Melalui Seminar Inspiratif

Oleh: Yutiara Lestari dan Rifqa Atikah Nuha


Pada Milad IMM yang ke-59, IMM komisariat Al-Ghozali mengadakan Seminar bertema “Strawberry Generation: Berubah dari Rapuh Menjadi generasi Tangguh” pada 14 Maret 2023 di Ruang Seminar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan dihadiri kurang lebih 150 peserta. Seminar ini dilakukan untuk membahas isu yang sedang hangat dibicarakan yaitu mengenai generasi milenial dan generasi Z yang disebut-sebut sebagai generasi stroberi dengan narasumber Dewi Setyaningrum S.Psi., M.Psi., Psikolog, beliau merupakan salah satu konselor di Student Mental Health and Wellbeing Support UMS. Menurut beliau generasi stroberi adalah generasi yang mempunyai banyak ide cemerlang dan kreatifitas yang tinggi, namun generasi ini mudah untuk menyerah dan sakit hati, lamban, egois serta pesimis terhadap masa depan. Mengapa julukan yang digunakan adalah Strawberry Generation? Itu dikarenakan generasi ini diumpamakan sebagai buah stroberi yang tampak indah dan eksotis, namun begitu diberi tekanan atau dipijak akan mudan sekali hancur. Meski mereka memiliki ide kreatifitas yang tinggi, tetapi bila diberi tekanan mereka akan mudah hancur layaknya buah stroberi. Terdapat beberapa karakteristik generasi stroberi menurut Bu Dewi diantaranya adalah ditegur dikit kena mental, suka mengkritik tapi tidak suka dikritik, FOMO atau fear of missing out, butuh healing dengan banyaknya tugas, mudah menjauhi teman yang dianggap tidak asik, dan plin-plan. Terdapat sisi negatif dan sisi positif dari generasi ini, dari sisi negatif generasi ini dipandang sebagai individu yang mudah menyerah atau pasrah dengan keadaan, memiliki daya juang yang rendah, memiliki sifat manja, ingin segalanya serba instan, kurang bertanggung jawab dan generasi ini juga dipandang sebagai individu yang suka terjebak di zona nyaman. Sedangkan sisi positif generasi stroberi ialah mereka peka terhadap teknologi dan kemajuan zaman, mereka juga inovatif dan memiliki kekreatifan out of the box, selain itu generasi stroberi juga berani mengekspresikan pendapat dan menyukai tantangan. Mental stroberi ini bersifat semu yang sesungguhnya tidak benar-benar dimiliki oleh generasi milenial dan generasi z, sehingga pada dasarnya mental stroberi itu dapat diubah menjadi mental yang tangguh, yaitu kondisi atau keadaan dimana individu-individu ini memiliki keyakinan akan masa depan yang lebih baik. Mari kita mengulik mengapa fenomena generasi stroberi ini muncul?

Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya fenomena generasi stroberi diantaranya adalah self-diagnose, mudah lari dari kesulitan, narasi orang tua kurang pengetahuan dan cara didik orang tua. Menurut Kasali (2018) dalam bukunya yang berjudul Strawberry Generation: Anak-anak Kita Berhak Keluar dari Perangkap yang Bisa Membuat Mereka Rapuh, terdapat Growth Mindset yang dimana orang yang memiliki mindset ini memiliki daya juang tinggi serta dididik untuk terbiasa menghadapi kesulitan dalam upaya meraih kemenangan, kemudian terdapat juga fixed mindset dimana orang yang memiliki mindset ini terlihat bagus dari luar akan tetapi rapuh dan tidak berdaya di dalam. Untuk berubah dari generasi rapuh menjadi generasi tangguh terdapat cara untuk mengatasi sisi negatif dari generasi stroberi yaitu dengan memperluas cara pandang dimana kita harus membiasakan diri melihat sesuatu dengan helicopter view. Dilansir dari baniakoy.com helicopter view sendiri memiliki makna cara pandang yang dilihat dari banyak aspek dan pertimbangan, sehingga tidak terpaku pada 1 fenomena saja, terlihat sederhana namun maknanya kompleks.. Kemudian jika ada kesulitan jangan langsung menyerah, melainkan cari cara untuk mengatasinya. Lalu coba tanamkan cara berpikir growth mindset agar kita dapat terus berkembang. Selanjutnya juga dapat dilakukan dengan memperbanyak literasi, agar kita tidak menyerap segala informasi bulat-bulat tanpa memfilter terlebih dahulu dan rentan termakan hoax serta menerapkan resiliensi digital agar kita tidak hanya tangguh di dunia nyata namun juga dunia maya. Kita juga bisa menekankan pada diri kita bahwa tidak ada sesuatu yang diperoleh secara instan di dunia ini. Tetapkan goal atau tujuan yang realistis serta membiasakan diri untuk bersikap disiplin, tidal terlalu sering membuang uang dengan kedok self-reward. Resiliensi digital dan ketahanan mental merupakan pondasi utama untuk bertahan di masa kini dan masa depan.

Pada akhir sesi ada sedikit refleksi untuk peserta seminar dengan menuliskan tujuan yang realistik dari masing-masing individu. Lalu kertas tersebut dilipat menjadi bentuk pesawat dan diterbangkan bersama-sama. Momen tersebut mendapatkan kesan dan antusiasme yang baik dari para peserta. Harapan panitia dengan adanya closing session tersebut apa yang dituliskan oleh peserta dapat dikenang dan benar-benar direalisasikan. Walaupun generasi milenial dan generasi z ini diibaratkan sebagai generasi yang tangguh namun mudah hancur, hal tersebut masih bisa dan layak diubah. Tergantung bagaimana individu menyikapi dan mencoba melawan stigma tersebut. Kita para generasi milenial dan z untuk menjadi tangguh hanya perlu meningkatkan sisi positif dari istilah stroberi yang dilabelkan.

 

  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...