Jumat, Juli 15, 2022

PERAN MUHAMMADIYAH DAN IMM DI ERA DISRUPSI


Era disrupsi merupakan era yang hidup sejak abad ke-20 dimulai. Era disrupsi yang ada pada zaman sekarang adalah era yang juga ada bersamaan dengan globalisasi dan modernisasi di mana tuntutan menjadi manusia atau individu pada zaman ini mewajibkan secara universal untuk memiliki sifat inovatif. Era disrupsi yang ada sekarang merupakan era di mana terjadinya inovasi besar-besaran pada segala bidang.

Tidak hanya inovasi, tetapi juga perubahan-perubahan masif yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. 

Gejolak pada perubahan-perubahan ini seringkali menimbulkan kekhawatiran akan berubahnya sikap maupun peranan baik individu ataupun alam. Hal ini seringkali ditakutkan apabila manusia akan melenceng dari ajaran yang benar, karena perubahan selalu menimbulkan pro dan kontra. Ditambah, pada zaman globalisasi ini perubahan atau apapun sesuatu asing atau hal baru yang masuk seringkali tidak bisa disaring terlebih dahulu atau tidak terelakkan, sebab informasi yang keluar masuk bisa diakses dengan sekejap mata.

IMM sebagai wadah gerakan muda Muhammadiyah yang digalakkan oleh mahasiswa seluruh Indonesia. IMM sebagai tombak muda dengan cita-cita Muhammadiyah setuju bahwa era disrupsi merupakan hal yang tidak terelakkan. Maka dari itu, IMM yakin bahwa untuk menyikapinya ialah dengan cara pendekatan baru karena perubahan sosial sudah terjadi di masyarakat.

Jalur utama mengalirnya segala macam momok yang dibawa oleh era disrupsi ialah jalur digital, di mana pada saat yang bersamaan potret kehidupan mahasiswa sebagai anak muda tidak pernah lepas pada digitalisme. Oleh karena itu, mahasiswa-mahasiswa sebagai anggota IMM dianggap sudah pasti terpapar momok-momok yang dibawa oleh era disrupsi.

Maka dari itu, IMM setuju untuk mengambil tindakan untuk peranan mereka sebagai ikatan mahasiswa dengan cita-cita Muhammadiyah untuk menjadi komunikator dan kolaborator untuk menyaring, mempelajari, serta mengkaji hal-hal baru atau perubahan yang masuk di era disrupsi untuk diseleksi dan diinformasikan kepada masyarakat sebagai komunikan, terutama yang memiliki cita-cita yang sama dalam lingkup Muhammadiyah untuk bijak dalam mengambil sikap dan mencontoh mana yang bisa dan sesuai dengan ajaran serta budaya.

Kemudian Muhammadiyah sendiri sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki ide dan gagasan sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW. turut serta mengambil peranan dan tindakan dalam menghadapi era disrupsi.

Peranan yang diambil oleh Muhammadiyah sendiri tidak jauh berbeda dengan IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) yakni menjadi komunikator setelah meyaring, mengkaji, dan mempelajari informasi serta inovasi baru yang masuk untuk disampaikan kepada masyarakat sebagai komunikan sekiranya lebih bijaksana dalam memilih sikap dan mencontoh mana yang bisa diambil.

Menuurt apa yang disampaikan oleh Prof. Dr. Dadang Kahmad, MA yang berstatus sebagai KPP (Ketua Pimpinan Pusat) Muhammadiyah, Muhammadiyah tentunya harus merespon perubahan untuk memberikan reaksi bagaimana perubahan tersebut bekerja kepada mereka dan Muhammadiyah diharapkan untuk memiliki minimal 3 hal dalam menghadapi era disrupsi, yakni: antisipasi di mana masyarakat harus memberikan respons terhadap perubahan, adaptasi masyarakat harus mulai membiasakan diri dengan perubahan yang sudah dipilih untuk memastikan apakah itu baik atau buruk, dan inovasi yaitu masyarakat mampu mengolah perubahan menjadi suatu hal yang baru kembali. 

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa baik peranan IMM maupun Muhammadiyah sendiri secara garis besar ialah menjadi komunikator kepada masyarakat untuk menyikapi perubahan di era disrupsi.



Oleh :  Andhika Putra Wardana

NIM   : L200210166

Prodi : Informatika


  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...