Kamis, Juli 21, 2022

Pemberdayaan Peran Perempuan Muhammadiyah



Akhir-akhir ini permasalahan kesetaraan gender sering menjadi perbincangan di kalangan masyarakat dan pelajar, persoalan sosial ini merujuk pada kriminalitas dan diskriminasi yang mana korbannya adalah kaum perempuan dan anak-anak. Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang ikut andil dalam permasalahan sosial, contohnya pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan adalah upaya untuk meningkatkan pembangunan berkembangnya kaum perempuan dalam segala aspek baik peran sosial, budaya, ekonomi, politik, bahkan aspek gender. Gerakan Aisyiyah memiliki program kerja yang khusus, strategis dan visioner, yaitu perempuan. Peranan dan fungsi perempuan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sebab perempuan adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Pepatah mengatakan perempuan adalah tiang negara, apabila perempuannya baik maka negara akan makmur tetapi jika perempuannya baik maka negara akan hancur. Untuk mencapai tujuan gerakan ‘Aisyiyah perlu adanya program yang dapat membantu tercapainya tujuan tersebut, terutama untuk masyarakat kaum menengah ke bawah. Maka dari itu, ‘Aisyiyah dalam programnya berperan dalam membina, mendampingi, melatih ketenagakerjaan bahkan ikut berperan mengembangkan usaha rakyat dengan Program kerja Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah dan ini sudah terlaksana di salah satu kota di Yogyakarta yaitu kota Mergangsan. Disini terdiri dari beragam usaha industri rumahan seperti, cemilan, catering, kerajinan tangan, bahkan beberapa berbahan dasar dari limbah.

Kyai Ahmad Dahlan percaya bahwa pekerjaan yang besar tidak akan berhasil tanpa bantuan kaum perempuan, dan beliau juga berpesan pada kaum perempuan untuk tidak menjadikan urusan dapur sebagai penghalang dalam menjalankan tugas menghadapi permasalahan di masyarakat. Gender juga sering disebut dengan istilah jenis kelamin sosial. Perbedaan gender sebenarnya bukanlah menjadi masalah jika tidak dilahirkannya ketidakadilan gender, yang mana hal ini termanifestasi dalam bentuk ketidakadilan, yaitu stereotypesubordinationmarginalizationviolencedouble burden, dan sosialisasi peran gender. Berkesetaraan dan berkeadilan gender disini adalah dengan menanggapi dan mencari solusi terhadap isu-isu perempuan seperti KDRT, pengangguran, kemiskinan, trafficking, pornografi dan aksi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial serta memberdayakan secara terprogram, terorganisir, dan memanfaatkan keseluruhan potensi yang ada. Model gerakan ‘Aisyiyah berbasis jamaah karena jamaah adalah bagian paling nyata dalam kehidupan di masyarakat, dengan berbentuk keluarga Sakinah dan Qaryah Thayyibah gerakan ‘Aisyiyah membangun kehidupan umat menjadi lebih baik dan menyesuaikan dengan perubahan sosial di era perkembangan kondisi masyarakat yang modern.

Sejak zaman dahulu yaitu yang tercatat di sejarah kenabian sejumlah perempuan banyak ikut andil bersama laki-laki dalam menghadapi persoalan di kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti istri-istri Nabi Muhammad yaitu Khadijah, Aisyah, Ummu Salamah dan istri nabi yang lain, Fatimah , Zainab dan Sukainah , mereka adalah beberapa orang perempuan yang ikut berdiskusi dalam permasalahan sosial, politik, ekonomi dan bahkan mengkritik kebijakan-kebijakan domestik serta publik yang patriarkis. Muhammadiyah memberi ruang yang cukup untuk kaum perempuan untuk mengambil peran di ranah publik, walaupun ada banyak hadits yang dilematis dan misogini seperti larangan untuk kaum wanita bepergian tanpa didampingi mahram, larangan kaum perempuan menjadi hakim, dan hadist misoginis lainnya yang telah dikontekstualisasikan dengan zaman modern dan kebebasan perempuan lebih leluasa seperti zaman sekarang, karena hambatan yang mengancam keamanan tidak separah zaman dahulu jadi untuk beraktivitas pun bisa lebih luas baik secara kehidupan sosial maupun kulturalnya. Selain ‘Aisyiyah ada juga organisasi otonom Nasyiatul Aisyiyah yang dikhususkan untuk putri Muhammadiyah yang mana terdiri dari beberapa cabang gerakan dakwah, sosial dan pendidikan diantaranya bergabung di Ikatan Pelajar Muhammadiyah , Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah , Hizbul Wathan , Tapak Suci Putri, dan lain sebagainya.

Dengan adanya sosialisasi wacana gender menumbuhkan cara berpikir yang baru bagi kaum perempuan bahwasanya perempuan dapat berperan juga baik dari segi pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Hal ini juga berfokus pada penekanan bahwa kekerasan terhadap perempuan harus diantisipasi sedini mungkin dan jika terjadi, maka korban harus segera mendapatkan solusi untuk pemulihan fisik dan psikis, dan juga menjamin keadilan untuk korban, adapun hal mengenai budaya patriarki bahwasanya ditegaskan bahwa perempuan juga memiliki hak kebebasan seperti halnya kaum laki-laki sehingga dapat menjadi bagian dari mitra pembangunan untuk bangsa, negara dan agama.

Sebagai organisasi putri Islam sudah menjadi tanggung jawab untuk melaksanakan pencerahan dan pemberdayaan perempuan untuk menuju masyarakat yang menjunjung tinggi harkat, martabat, dan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan ajaran agama Islam serta menyelenggarakan amal usaha guna mendukung dan meningkatkan peran Nasyiatul Aisyiyah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah .
Maka dari itu, Muhammadiyah sangat berperan besar terhadap pemberdayaan kaum perempuan melalui organisasi, gerakan serta program-program kerjanya.




Daftar Pustaka

Abdullah, Amin M. 1995. Pendekatan Teologi: dalam memahami Muhammadiyah dalam kelompok Studi Lingkar (ed) Intelektualisme Muhammadiyah Menyongsong Era Baru. Bandung: Mizan dan KSL.

Aisyiyah N. 2016. Tanfidz Keputusan Muktamar Nasyiatul Aisyiyah Ke XIII.  Yogyakarta: Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.  

Asri, Via Nesfa. 2017. Makalah: Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Pringsewu. 

Diwanti, Dyah Pikanthi. 2019. Pemberdayaan Perempuan Melalui Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah (BUEKA). Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. 6(2): 194- 206.

Mosse, Julia Cleves. 1996. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tafsir, makalah: Pandangan Muhammadiyah Tentang Perempuan

Umar U, Mahmudah H, Jayanti MI. 2021. Peran nasyiatul aisyiyah dalam wacana gender dan pendidikan profetik bagi perempuan di bima. Kafaah: Jurnal Studi Gender. 11(1): 15-26.


Oleh      : Resza Rigian Adi Pratama

NIM : L200210147

Komisariat : Adam Malik

  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...