Minggu, Juli 03, 2022

Filantropi Dalam Tubuh Ikatan


Berdasarkan survei lembaga amal Charities Aid Foundation (CAF) dalam laporan World Giving Index 2018, Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia dari total 146 negara, disusul oleh Australia dan Selandia baru pada peringkat kedua dan ketiga. Selain itu, pada tahun 2014 dana sumbangan dari berbagai perusahaan mencapai angka 12,4 triliun rupiah. Jumlah tersebut belum ditambah dana zakat yang tidak kurang dari 200 triliun rupiah. Hal ini menunjukkan potensi filantropi di Indonesia yang amat besar.

Secara bahasa, filantropi berasal dari bahasa Yunani yaitu Philos yang artinya cinta dan Tropos yang berarti manusia. Dengan begitu filantropi bermakna cinta pada sesama yang terwujud dalam aksi menolong serta meningkatkan kesejahteraan. Filantropi merupakan gerakan amal yang terorganisir guna mengatasi permasalahan hingga ke akarnya berbeda dengan derma yang cenderung bersifat bantuan langsung pada individu maupun kelompok dan hanya memberi solusi sementara.

Filantropi hendaknya dilihat sebagai suatu landasan bagi para kader IMM dalam bertindak supaya mampu memberi dampak baik bagi lingkungan sosial sebagaimana tercantum dalam Trilogi IMM (Keagamaan, Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan) dan poin terakhir dalam Enam Penegasan IMM yang berbunyi “menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahita’ala dan senantiasa di abadikan untuk kepentingan rakyat”. Dengan menjadikannya sebagai landasan maka harapannya tindakan yang ditunjukkan pun akan sesuai dengan konsep akhlakul karimah.

Sebagai anak kandung Muhammadiyah, IMM senantiasa berusaha mengusahakan terwujudnya gerakan filantropi yang tidak hanya memberi solusi tetapi juga membawa nilai-nilai Islam didalamnya, terutama teologi Al-Maun sebagai spirit yang senantiasa membara dalam tubuh Muhammadiyah dan ikatan. Beberapa gerakan filantropi yang sudah umum didapati dalam tubuh IMM misalnya penggalangan dana baik untuk korban bencana ataupun yang disalurkan ke LAZISMU dan desa binaan yang tujuan utamanya adalah memberdayakan desa tersebut supaya bisa mengarah pada perbaikan.

Salah satu tokoh awal Muhammadiyah yang konsisten mengamalkan isi kandungan dalam surat Al-Maun adalah KH.Soedja’ , generasi pertama murid KH. Ahmad Dahlan, yang mampu mendirikan Hospital (rumah sakit), Armeinhuis (rumah miskin) dan Weeshuis (rumah yatim). KH. Soedja’ berpendapat bahwa surat Al-Maun perlu diwujudkan dalam gerakan nyata atau dalam artian lain filantropi yang berusaha membebaskan orang-orang dari keterbatasan. Kita perlu meneladani KH. Soedja’ dalam hal mewujudkan cinta kepada sesama dengan menjadikan teologi Al-Maun tidak hanya sebatas ayat suci yang dilantunkan saja tetapi mentranformasikannya dalam kehidupan sosial atau hablumminannas.

Sebagaimana cinta adalah kata kerja, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu mengusahakan terwujudnya bentuk cinta tersebut lewat tindakan dan perilaku agar mereka yang  diberi cinta tidak hanya mampu merasakannya dengan hati yang ringan namun juga mampu menginderanya sepenuh asa hingga terasa kemanfaatannya. Seperti itulah filantropi.




DAFTAR PUSTAKA


Mt, Thufeil. 2018. “Indonesia: Negeri Ramah Filantropi”. https://medium.com/@thufeilmt/indenesia-negeri-ramah-filantropi-f496b3371d99, diakses pada 09 April 2022 pukul 13.45 WIB.

Prakoso, Bayujati. 2018. “IMM dan Kemanusiaan; Sebuah Upaya Membangun Filantropi Ikatan”. https://www.khittah.co/imm-dan-kemanusiaan-sebuah-upaya-membangun-filantropi-ikatan/12542/, diakses pada 09 April 2022 pukul 13.45 WIB.

Yusron. 2017. “Spirit Filantropi Muhammadiyah”. https://medium.com/@yusronofficial/spirit-filantropi-muhammadiyah-3a9ea9a23590, diakses pada 09 April 2022 pukul 13.00 WIB.

Zulfa, Nizam. 2021. “Filantropi Digital IMM”. https://suaramuhammadiyah.id/2021/11/10/filantropi-digital-imm/, diakses pada 09 April 2022 pukul 13.54 WIB.


 Oleh: Muhammad Hafizh K

  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...