Rabu, Februari 24, 2021

Salah Masuk Kandang



Oleh : Anggelooooo

Surakarta 

Selasa, 09 Februari 2021 (10.03 – 10.24 WIB)

Oiya sebelumnya perkenalkan namaku Anggeloooo ya kalia aja yang lupa, disini aku mau cerita pengalaman ku mengikuti pelatihan mubaligh mahasiswa muhammadiyah di Bboyolali kemarin 4-6 februari 2021.

Sebelumnya awal masuk mengikuti kegiatan itu dikarenakan ajakan teman yang sesama gabut gak punya kegiatan dan akhirnya kita asal coba daftar aja dulu kali aja lolos seleksi, dari Al-ghozali sendiri yang mendaftar ada 4 Immawati dan diawal daftar pula aku sama temenku yangs atu angkatan inscure gegara ohh paling kita gak bakal lolos seleksi tahap 2, eehhhh ternyata secara menakjubkan malah kita berdua yang lolos seleksi tahap 2.

Langsung masuk ke hari H saja ya, waktu awal pemberangkatan aku sendiir mengalami beberapa kendala di surat keterangan sehat yang rumit untuk bisa didapat, awalnya minta ke MMC UMS tapi tidak boleh karena tekanan darahnya terlalu tinggi dan akhirnya aku ditemani temenku mencari beberapa puskesmas tapi setiap puskesmas yang kita datangi sudah menutup pendaftaran pasien karena kita datang terlalu siang sekitar jam 10.00 WIB lebih, pada sat itu pula kami berdua bingung mau minta surat keterangan sehat kemana lagi, akhirnya kita minta saran ke penjual Thai Tea dan bapak Thai Tea itu mengarahkan unutk ke Assalam. Beberapa saat kemudian kita memberanikan diri untuk ke assalaam, Alhamdulillahnya bisa dimintai surat keterangan sehatnya tapi harus banyak sekitar Rp.30.000, tapi tidak semudah itu aku mendapatkan surat kesehatan dari assalam karena ada beberapa dokter yang mencoba mengajak bercanda tidak memberikan surat itu karena dari awal masuk daftar aku sudah tertawa terus dan dokternya bilang ‘’ saya tidak akan mengeluarkan suratnya hari ini langsung kalo kamu tidak berhenti tertawa ‘’ dan saat itu juga aku langsung spontan bingung dan menjoba untuk menhana tawa tapi ya begitu gak bisa berhenti tertawa. Tapi alhamdulillah dengan segala rayuan maut ala Anggeloooo akhirnya dokter itu memberikan surat keterangan sehat diwaktu itu juga.

Nah setelah itu kita berangkat bersama dari Pom bnesin pabelan dengan bermotoran sendiri-sendiri sampai tibanya di PDM boyolali kita diarahkan untuk masuk ke ruang pembukaan untuk mengumpulkan surat kesehatan itu dan kemudian diarahkan ke kamar masing-masing sambil menunggu pembukaan acara Pelatiham mubaligh mahasiswa muhammadiyah. Saat dimulainya materi awal smeua peserta itu terlihat pendiam, kalem dan sebagainya tapi saat udah mulai kenal satu sama lain mulai muncul lah sifat bobroknya yang asli, awalnya ku sendiri inscure mengikuti pelatihan itu karena aku berfikir pasti yang ikut itu orang alim-alim gak banyak kelakukan, eeehhh  ssstttttt tunggu dulu ternyata disana aku menemukan satu teman yang satu pemikiran bobroknya minta ampun gak ketulung, dari yang paling heboh, gak bisa diem sampai tik tok an.

Dari hari pertama sampai akhir kita bobrok bersama eehhh  sewaktu kita berdua menunjukkan kebobrokan kita mulailah satu persatu peserta menunjukkan kebobrokan mereka juga, ya gitu sihhh gimana sih orang bobrok ketemu orang bobrok ya jadinya kek orang gila nggak bisa diem apalagi kalo makannan dateng wwuuussstttttt langsung jadi beris terdepan bikin barisan makanan wwkwkwkwkwk. Udah tak singkat aja ya di hari terakhir tepatnya hari penutupan kita bersemangat sekeli langsung mandi ke ruang acara jam 8 pagi karena sudah tak sabar lagi buat pulang wkwkwk. Tapi disini kita berbuat ulah yang tak disangka sangka karena kita menunggu penutupan lama sekali sampai kita sendiri menjadi ikat pindang yang berbaris dengan rapi, tapi nggak tahu kenapa aku sendiri mendapat ilham buat foto bareng para barisan ciwi ciwi yang ngga ada akhlak smebari menunggu penutupan, dan akhirnya kita fotbareng pose sana pose sini dnegan gembira serasa gedung itu milik kita bersama,,., nah disini kita mulai bingung nih gimana caranya buat share foto barengnya ketemn yang lain snagat tidak mungkin kita kirim ke grup besar bareng panitia dan para ustadz malu sekali dong kita, dan akhirnya kita membuat grup sendiri dengan nama Papiculo dongggg karena terinspirasi sebelum makan pagi kita bergosip tik tok papiculo.

Sudah ah selesai capek nulis aku, kalo mau tau cerita lengkapnya bisa hubungi au aja nanti tak ceritain kebobrokan di Pelatiham mubalig mahasiswa muhammadiyah kemaren, dan juga sebenernya ada cerita so sweet  tapi gak tak tulis disini, jadi yang kepo bisa hubungi aku aja 

Sekian dan terimakasih.


Penguntit

 





Matahari sudah mulai condong ke barat tatkala ia membereskan beberapa keperluan. Setelah berpamitan sembari menyalami beberapa rekannya, ia beranjak. Berjalan dengan langkah yang tidak bisa dibilang bersemangat juga. Ada hal lain yang terus membuntutinya sampai ia terpaksa bergulat untuk memenangkan dirinya sendiri.

Manusia itu mendadak berbisik, menggelengkan kepalanya berkali-kali seolah itu merupakan salah satu ritual pengusir. “Pergi.”

“Kemana?” penguntit itu seolah tengah mengejeknya.

“Sejauh yang kamu bisa.”

Sayang sekali, nampaknya dia bebal –menutup pendengarannya rapat dan justru terus terkekeh di sepanjang jalan. Padahal tawa manusia itu sudah menghilang sedari tadi, terdesak oleh dia yang sedang menguasai alam pikirnya. Seandainya bisa, ia benar-benar ingin melenyapkan penguntit itu dari hadapannya saat ini juga. Namun, alih-alih menggertak dengan lantang atau menendangnya pergi, manusia itu justru hanya menghela napas kasar, melajukan langkahnya semakin cepat untuk sampai ke rumah.

Hari itu, mentari sudah meringkuk ke peraduan, digantikan rembulan setengah lingkar yang bersinar redup seolah sedang membumbui dramatisnya perjumpaan manusia dengan dirinya sendiri. Harapan bahwa sang parasit itu tidak mengikutinya hingga terjun ke alam mimpi, nampaknya hanya angan semata. Hingga malam semakin lengang, netranya masih terbuka lebar. Bergelut dengan sang parasit yang dengan santainya mengajak berbincang. Pillow talk, katanya.

“Mau sampai kapan kamu mau ikut terus seperti ini?” bisiknya. Tentu dengan wajah kesalnya yang kentara.

“Yah-” terdapat beberapa detik keheningan. “Sampai kamu benar-benar lupa masalahmu, ‘kan?”

“Iya, aku dah lupa sekarang.”

“Serius?” tawanya semakin lebar, menampakkan rupa kelam yang sialnya tercetak semakin jelas. “Tapi sampai sekarang kamu masih sibuk mikir, ‘gimana ya, aku kayanya nggak bisa’, ‘duh, dia mah lebih hebat. Masa aku yang mau maju, sih?’, ‘Nggak usah deh. ‘Kan udah ada dia yang lebih bisa dari aku’ Hello?! Beneran dah lupa nih?”

“Seriusan.” Ringisnya, berusaha menahan sesak yang seolah tengah menunggu untuk dihembuskan satu per satu. Entah dari kapan, gigitan kecil di ujung bibirnya sudah mengendur, menghasilkan isak kecil yang untungnya tak sampai membelah heningnya malam.

“Kamu punya kekuatanmu sendiri. Kenapa takut dibandingkan, coba? Kamu sebenernya nggak takut mencoba, kamu cuma takut gagal dan kalah untuk kesekian kalinya. Kamu nggak takut maju di keramaian, kamu hanya takut mereka berbicara yang enggak-enggak tentangmu. Setuju?”

Manusia itu tanpa sadar menahan napasnya. Mendengar baik-baik paparan sang penguntit yang entah mengapa tiba-tiba bisa menjadi bijak juga. “Kalau sudah mundur bahkan sebelum berperang, namanya pengecut. Sadar nggak situ? Gimana mau mengukur kemampuan kalau tes aja nggak dilewati? Sejatinya manusia itu pergi dari satu masalah ke masalah lainnya. Hadapi, jangan dihindari. Belajar dewasa, belajar menghargai proses. Ayo dong!” entah mengapa nada suaranya naik beberapa oktaf, benar-benar menambah sesak yang sedari tadi terus menumpuk.

“Mau mundur?!” semprotnya, mendapati wajah sang manusia yang sudah sembab bahkan mungkin sebelum percakapan ini dimulai. “Jangan cuman dipikir, nanti nggak akan selesai. Lakukan.” Tambahnya.

Hingga kalimat terakhir selesai terlontar, manusia itu akhirnya mengerjap beberapa kali. Sembari menarik napas dalam-dalam, ia tampak terperangah. Sesak yang terasa menyiksa itu tak sepenuhnya hadir. Beberapa sudah menguap entah kemana. Oh? Tidak ada siapapun di ruangannya. Tidak ada yang namanya penguntit. Tidak ada yang terus menerus membuatnya melekungkan bibir kebawah hari ini. Hanya ia, yang sibuk bergelut dengan ‘parasit’ yang sejatinya adalah pikirannya sendiri. Si insecurity dan Overthinking yang menemaninya sedari tadi. 


  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...