Sabtu, Maret 13, 2021

Tanda Kutip Masih Terbuka



Kunci mobil Doni jatuh dari lantai 2. Bilangnya masih aman, cuma  lecet. Waktu dicoba ke mobil putihnya, tombolnya masih bisa. Itu kuncinya tadi ada di semak-semak, persis  di samping pot besar teratai yang airnya keruh. Ada sampahnya. Dilihat lihat seperti bukan sampah, itu STNK. Kemarin Pak Anton cari STNK-nya yang hilang, keterangan broadcast WhatsApp-nya Lexus Silver. Untung si Doni tahu itu siapa dan langsung ke kantor, ke meja dosen antropologi politik disitu.  Mereka berdua terlihat memiliki selera yang sama. Tampak kaya.

 

Doni kelihatan mentereng sekali pakai bajunya. Selalu beda dari orang lain. Bukannya sudah biasa melihat orang yang lagaknya seperti itu? Yang perlu ditanyakan, apakah Doni itu benar kaya? Kata dia, dia pebisnis. Waktu ditanya dosen siapa yang sudah mulai berbisnis,  dia PD banget angkat tangan. Tapi dengar dengar, itu bisnis kain punya orangtuanya. Bisnis kain bukannya tidak segampang itu ya? Ada lagi, bangkrut, bisnis foodcourt,  tapi susah bisa menjamin itu milik siapa juga. Doni memang jarang banget nongol di kampus. Padahal dulu pernah bilang mau aktif di kegiatan organisasi fakultas. Tapi status WhatsApp-nya hampir selalu kosong. Apa  pernah kirim pamflet-pamflet seperti anggota lainnya? Tidak pernah. Tidak jadi mungkin, mungkin juga tidak diterima. Doni selalu sibuk sama bisnis.

 

Minggu ini susahnya minta ampun cari orang itu. Baru tadi malam pihak Tata Usaha mengirim broadcast ke grup. Memang orang yang namanya Doni ini agak repot. Caper mungkin. Semalam ada juga rumor tentang mahasiswa yang harus menghadap pihak Tata Usaha tentang IP. Mungkin yang IP-nya ciut. Doni bagaimana? Kapan sempatnya pebisnis kaya raya mengurus kuliahnya? Tapi kalau dipikir pikir, Doni ini bisa lulus mata kuliah praktikum semester lalu. Orang kaya bisa pakai apa? Uang banyak bisa dipakai.

 

Pacar Doni sering ke  kampus, sering juga keluar kampus. Tapi beda mobil sama Doni. Avi yang cantiknya luar biasa, followersnya luar biasa juga, IP luar biasa. Selalu A mata kuliah  antropologi politik. Memimpin organisasinya aja yang terlalu biasa. Bisa jadi ketua karena dia pimpin banyak orang di media sosial, mungkin. Tapi dipikir pikir, dia juga pasti punya uang, anaknya konglomerat. Pastinya uang bisa dipakai juga. Lagipula konten media sosial butuh nama panggung di kampus. Bukannya selama ini Avi itu tampak indah luar dalam? Baru terpikirkan.

 

Prostitusi sekarang marak. Tapi apa hubungannya dari Doni ke situ? Ingat Avi sering ke kampus? Itu waktu sore, saatnya dosen pulang. Mobil Avi warna merah diparkir pas sampingnya lift basement. Tapi keluar kampus, warna mobilnya jadi silver merek Lexus. Denger denger sering, bahkan hampir selalu bolos matkul pengantar sosiologi tiap kelas pagi, tapi dia nilainya A. Sama kelakuannya di mata kuliah lain yang dosennya laki-laki. Embel-embel score A itu membuat tampak pintar. Bukannya memang pintar ya? Pintar menutupi.

 

Saatnya tanda kutip ditutup. Begitu sudut pandang Diza. Sepanjang itulah kira kira ringkasnya cerita yang terlontar dari mulut seorang Diza. Laki-laki, teman lamaku. Sekarang tidak lagi.

 

Sekarang giliranku yang bercerita. Perkenalkan, namaku Dionisius Valentino. Adik sepupu dari seorang designer  muda yang sering disapa dengan panggilan Doni Antonius, pemilik pabrik garmen  ‘Do Nee Tela Fabrico’. Aku berdua dengannya juga menjalankan cabang bisnis terbaru  Resto dan Spa di daerah Ubud Bali. Semula memang hanya berawal dari  foodcourt yang minggu lalu sengaja dihancurkan untuk dibuat pertokoan UMKM bekerjasama dengan pemerintah daerah kota Nusa Dua. Tapi besar keuntungannya dapat dijadikan modal untuk bisnis yang baru.   Sekarang tinggal menunggu Grand Openingnya siap saja.

 

Lanjut… Siapa Pak Anton? Pak Anton adalah orang yang kaya. Beliau punya saham di perusahaan ‘Do Nee Tela Fabrico’. Perusahaan milik kedua anaknya, Tania dan Doni. Sudah barang wajib Doni menggantikan pekerjaan Kakaknya yang sedang hamil. Itulah mengapa dia jarang sekali ke kampus. Sebagai Ayah sekaligus dosen, Pak Anton sendiri yang selalu mengingatkan Doni untuk mengerjakan penugasan praktikum. Beliau juga akan menikah lagi, setelah selama 3 tahun ini menjadi duda.

 

Aku diminta untuk mengurus perlengkapan menjelang pernikahan Pak Anton tapi aku tidak mau sibuk. Sebagai florist di Avisiou’s WO, tidak perlu aku menerima permintaan Pak Anton. Aku hanya handle soal bunga. Lagipula di tempat Wedding organizer itu ada Avi juga, dia bisa handle semuanya dari tema, dresscode,  undangan, makanan, dan set bahkan lighting. Wajar jika  akhir akhir ini Avi kewalahan dengan hidupnya di organisasi.

 

Hari bahagia saat Pak Anton menikah berbarengan tepat satu bulan anak dari Kakak Tania lahir, berbahagia pula Avi dan Doni yang kini menjadi saudara tiri, tidak lagi sepasang kekasih yang saling menjaga hati. Ibunda Avi dipersunting oleh Pak Anton. Semua berawal dari kelas tambahan yang diadakan Pak Anton di tempat bimbelnya. Berawal dari Avi yang memulai bisnis WO bersamaku sekitar 3 bulan lalu. Kesibukannya membuat waktu kuliah paginya harus diganti malam hari dengan dosen dosen lain di tempat bimbel milik Pak Anton. Kadang, aku juga belajar disitu. Tentu Ibunda Avi dan Pak Anton sering bertemu. Seperti itulah yang sebenarnya terjadi.

 

Selamat tinggal teman lamaku. Aku putuskan menjauh. Setelah kuutarakan sudut pandang ini, keputusanku memang benar bukan? Setelah mendengarkan Diza, aku tidak seketika menjawabnya dengan kata iya, sebenarnya tidak perlu juga merespon apa yang dia katakan. Apakah harus kita merespon orang lain yang belum tentu tahu keadaan? Toh yang sebenarnya terjadi itu akan menampik apa yang sekadar ‘katanya’. Jika orang orang bilang aku terlalu memilih-milih teman. Iya, benar. Aku butuh kenyamanan.  Terlebih lagi yang sudah dekat tapi tidak mau menerima pendapat, atau yang memberikan kesan negatif, bahkan racun dan naif.

 

Aku akan buatkan petik baru…

 

“Jika merasa tidak nyaman, siapa lagi yang bisa kamu harapkan selain dirimu sendiri? Kamu bisa tutup mata jika tidak ingin melihat hal yang membuatmu tidak nyaman. Kamu bisa tutup telinga jika tidak ingin mendengar apa yang seharusnya tidak didengar. Kamu bisa tutup mulut dan membuktikan, jika kamu tidak ingin kecewa karena pendapatmu tidak diterima. Ingat bahwa banyak orang diluar sana yang masih bisa menghargai keputusanmu. Rasa nyamanmu bisa kamu dapatkan sendiri. Pilih. Karena pilihanmu berharga untuk hidupmu sendiri.”

 

Laki-laki, teman lamaku. Bahasanya tertata seperti orang yang sering membaca isu politik, jadi cerdas menganalisa.  Tapi sayangnya pengetahuannya itu ditutup dengan hal-hal yang lain, termasuk asumsi. Seolah ada artikel gosip yang selalu terlintas di pikirannya. Aku sangat tidak peduli bagaimana orang lain menilai. Karena sejak hal ini terjadi, aku sudah menjauh dari Diza sebagai keputusan tepatku.

 

 "Jika kamu berpikir bahwa orang yang pandai beropini adalah orang yang tepat untuk dijadikan teman, itu keputusanmu. Jika kamu berpikir bahwa orang yang pandai memilah ucapannya adalah orang yang tepat untuk dijadikan teman, itu keputusanmu. Kata siapa tidak boleh pilih-pilih dalam pertemanan? Yang ada, tidak boleh pilih-pilih dalam melakukan kebaikan. Tapi kembali lagi, semuanya itu keputusanmu"

JUDULNYA APAAN YAK ☺



    Katanya cewe cowo ngga bisa sahabatan, katanya persahabatan antara cewe cowo pasti salah satunya akan melibatkan perasaan. Benarkah? Ya itulah yang dikatakan orang-orang ketika melihat seorang wanita dan lelaki berteman, namun aku tidak pernah mempercayainya. Karena menurutku jika memang berteman, ngga mungkin ada perasaan kan?. 

    Pertemanan ini berjalan lancar, kami berteman selayaknya orang yang lain. Main, belajar, kuliner dll kita lakukan bersama. Tentu bersama teman kami yang lain pula. Pada jam pelajaran BK, Rrizky di panggil untuk maju ke depan kelas. “Ingin melanjutkan kemana, Rizky?” tanya Pak Dar guru BK ku. Ya kami memang siswa tingkat akhir di sebuah SMA di Surabaya. “Ingin melanjutkan ke Hukum UI pak”. Kata Rizky. Aku dan Rizky memang bercita-cita untuk melanjutkan studi lintas jurusan, kami jurusan IPA yang akan kuliah di jurusan IPS. Teman-teman kami yang lain, beristiqomah untuk melanjutkan cita-cita mereka di bidang teknologi dan sains, berbeda dengan kita. Oleh karena itu kami memutuskan untuk mengambil bimbel yang berbeda dari teman-teman kami.

    Aku dan Rizky telah berteman 12 tahun lamanya, tepat di TK dekat alun-alun Surabaya tempat pertama kali kita dipertemukan. Karena lamanya kami berteman, banyak yang mengira hubungan kami lebih dari teman, padahal mah kita biasa-biasa ajaa. Sampai suatu hari ada sesuatu yang berbeda di dalam hatiku, entah rasa dari mana yang membuat jantungku berdegup kencang ketika sedang bersama Rizky. “rasa yang aneh”, kataku dalam hati. Memang tak biasa-biasanya aku merasakan demikian. 

    Rizky memang orang yang baik, perhatian, tapi jail untuk ke aku. Kami sering bertukar cerita, saling mengeluhkan diri sendiri, saling berbagi makanan (lebih tepatnya aku yg selalu dipalak hmm). “Ayo kita masuk UI, ca”. kata Rizky. Aku pun menganggukan kepalaku tanda setuju. Lalu kami pun rajin unutk belajar, saling mengajari satu sama lain. Tiba saat hari itu, hujan deras mengguyur tempat bimbelku. “Ayo pulang, aku anter. Cepet ini pake jas hujannya ya maniss”, kata Rizky yang membuat hatiku melompat-lompat. Ingin rasanya teriak tapi takut dikira orang gila. Bukan sekali dua kali Rizky begitu, namun yang ini rasanya lain. Aku selalu menanti waktu untuk bisa bareng sama Rizky, dan disaat itu aku bahagia. 

    “ca, ca. ini ada info SBMPTN sebentar lagi cuy. Yok belajar, semangat!”, chat Rizky setelah sampai rumah. “Waa iya nih, harus lebih ngebut.” Kataku membalas pesannya di WhatsApp. Aku senang sekali selalu menjadi orang yang ia kirimkan semangat. Jujur perasaanku berubah, semakin mendekati hari kelulusan. Semakin aku tidak ingin berpisah dengan Rizky, ya meskipun kita memiliki tujuan yang sama. Tapi jika Tuhan berkehendak, bisa saja kam berpisah.

    Aku orang yang sangat menentang stigma orang yang mengatakan bahwa persahabatan cewe cowo tidak akan murni. Dan apakah ini namanya senjata makan tuan?. Entahlah aku tidak tahu, tapi jika boleh jujur, aku sepertinya memiliki perasaan kepada Rizky. Seperti biasa sepulang sekolah Rizky mengajakku untuk belajar di perpustakaan kota. Tempat favorit kita untuk belajar karena tempatnya nyaman. “ca, kalo kita pisah gimana ya ca? mana sanggup aku jauh sama kamu”. Kata Rizky yang membuat mata ini tiba-tiba mengeluarkan air sedikit. “Ya ga gimana-gimana lah ky, kan memang semua akan berpisah jika memang waktunya. Toh  zaman sekarang sudah canggih. Bisa video call tiap hari tauu.” Kataku membalas perkataan Rizky. “ ya bener si ca, tapi kan rasanya lain. Yang biasanya aku jailin kamu, masa nanti jailinnya virtual?” katanya. “ya gapapa dongg, aku seneng lah kita bisa jauh, bosen kali aku sama kamu. Bayangin 12 tahun kamu ngerecokin aku.” Kataku sambil menyelingi humor, padahal mah aslinya ga rela banget buat pisah. Ga siaaappp. “ idih yaudah”. Kata Rizky yang menggerutu sendiri. Lucu sekali dia, kadang jail, kadang baik banget, kadang membuat aku berfikir. Apakah dia memiliki perasaan yang sama, apakah perilakunya selama ini karena dia malu untuk mengungkapkan perasaannya padaku. 

    Witing tresno jalaran soko kulino kata-kata itu yang tepat menggambarkan keadaanku sekarang. Aku terbiasanya dengan hadirnya Rizky dihidupku. Ngga pernah sekalipun dia membuat aku menangis, selalu saja dia membuat aku bahagia. Tertawa riang dengan guyonannya yang receh, membuat tertawa dengan kelakuannya yang ga jelas. Ah sial, semakin berat buat pisah. Dan waktu pun terus berjalan, tak terasa sebentar lagi kami melaksanakan ujian nasional untuk menentukan kelulusan. Semua siswa sibuk untuk belajar, sama juga aku dan Rizky. Kami belajar di balkon sekolah, mencari tempat yang hening adalah hobi kami untuk belajar. Teng teng teng… bel sekolah berbunyi tanda waktu ujian akan segera dimulai. Semua siswa memasuki ruangan masing-masing. “semangat jelek.” Kata Rizky kepadaku. “semangat juga yeee.” Balasku kpadanyaa. Dan kami pun masuk keruangan yang berbeda. 

    Ujian Nasional pun selesai, dan semua siswa kelas 12 mempersiapkan dirinya untuk mengikuti perpisahan sekolah. Perpisahan dilakukan bersama dengan orang tua murid. Dan pasti Rizky membawa ibunya untuk dating, begitu juga dengan aku. Setelah selesai acara perpisahan itu, kami berfoto satu kelas. Dan tak lupa kami foto berdua. “hey, ayo cepetan napa ky.” Kataku pada rizky menahan panasnya matahari siang itu. “iya bawel bentar”. Kata Rizky yang habis dari kamar mandi. “1, 2, 3, (cekrekk) “. Kata Doni yang memfoto kita berdua. “ langgeng langgeng ye berdua”. Kata doni yang membuatku deg-deg an. “apaan si, orang kita temenan doing wlee”. Jawab Rizky yang membuatku sedikiti kecewa. Pertanyaan demi pertanyaan bersarang dikepalaku. Apa benar kami hanya berteman, dengan segala hal yang telah kita lalui. 

    Tepat sehari setelah perpisahan sekolah, Rizky mengajakku untuk pergi ke tempat biasa. Tempat dimana kita mengeluarkan uneg-uneg yang telah kita rasakan selama bertempur dengan soal-soal ujian. Tempat itu terasa beda, pun juga hatiku. Aku berniat untuk mengutarakan semua apa yang aku rasakan kepada Rizky, ya aku tau memang ini adalah hal yang berat. Pertemanan kami dipertaruhkan, tapi aku Cuma butuh kepastian. Perasaan ini telah merebut banyak dari diri ku termasuk waktu. Aku sibuk memikirkan perasaanku pada Rizky, apakah berbalas atau hanya bertepuk sebelah tangan. “eh ca liat, udah lama disini hawanya ngga sedingin ini. Kenapa ya caa?”. Tanya rizky, cuaca hari itu seakan – akan mendukung apa yang akan aku lakukan. “iya I kyy, dingin banget”. Kata ku. “mau pake jaket ca?”. kata risky menawarkan jaketnya. “engga ky, buat kamu aja.” Aku menolak tawarannya. Dan waktu itu pun tiba. “ky, ada yang pengen aku omongin.” Kata ku memulai pembicaraan. “apa tuh?”. Tanyanya. “mmmm ky, kamu tau kan aku orang yang menentang adanya perasaan diantara pertemanan cewe cowo? Kamu tau hal itu kan? “. Tanya ku pada Rizky. “mmm iya tau, kenapa emang ca?”. tanyanya. “kayaknya aku kemakan sama omongan sendiri deh ky. Aku yang menentang tapi aku yang merasakan. Aku kalah ky sama pertemanan ini, sikapmu ke aku dan caramu memperlakukan aku yang bikin aku kalah. Aku boong ky aku bosen sama kamu. Aku ga pengan pisah dari kamu ky. I have crush on you ky. Aku udah siap menerima konsekuensi dari apa yang aku lakukan ini ky. Aku siap buat denger jawaban kamu, aku Cuma pengen kepastian. Aku pengen hatiku lega, dan aku juga siap kalo kamu menjauh atau pun canggung, aku juga udah siap kalo kita bakal jauhan.” Kataku menyampaikan semua perasaanku pada rizky. “caaa?”. Tanya Rizky dengan wajah bingung, sekaligus terlihat deg deg an. “udah jawab aja ky ngga papa aku siap kok.” Kataku padanya. “ caa, jujur. Sebenarnya aku juga nyaman sama kamu, aku seneng kalo kamu ada di deketku. Tapi rasa nyaman itu hanya sebatas temen aja. Dan katamu kita ga mungkin saling suka, ya aku pikir itu memang benar. Makanya aku selalu menjaga perasaanku agar tidak jatuh. Dan rasa itu hanya sebatas teman caa. Maaf”. Kata Rizky yang membuat hatiku sakit. “iyap, gitu dong ky jujur, kalo gini kan aku tau jawabannya dan aku bisa pelan-pelan ikhlasin perasaan ini. Terimakasi Rizky, sudah cukup jawabanmu. Cuma itu yang pengen aku denger. Inget yak ky jangan anggap perasaanku tadi ada. Anggep aja kaya biasannya.” Kataku sambil menahan sesak. 

    Sejak saat itu Rizky canggung dengan Caca, mereka berjauhan. Ingin sapapun tak ada keberanian diantara keduanya. Dan tiba hari kelulusan, dimana semua murid dinyatakan lulus dari SMA itu. Tak ada ucapan selamat ataupun selamat tinggal diantara keduanya. Rizky dan Caca kembali menjadi asing, pertemanan mereka seolah tidak ada artinya.


Sekiaaannnnn…


HUAAAA AKU YANG BIKIN CERITA AKU YANG BAPERRRR. OTTOKEEEEEE :”(((((

MAAPKAN YAK CERITANYA AGA BUCIN ☹ SEMOGA SUKAAA ☹ 


Rumah Kedua


 

Oleh: IMMawati Sekar Aprilia Imaniar

Selama pandemi ini aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Kegiatanku selama dirumah yaitu kuliah online, memasak , membaca buku,menonton tv, main hp, menulis buku, membuat puisi, beres-beres rumah, main dengan kucing ,dll. Namun ,seiring berjalannya waktu aku lama kelamaan merasa jenuh berada di dalam rumah. Aku ingin suasana baru yang berbeda. Sempat terpikirkan untuk ke Solo, tapi aku masih ragu dikarenakan pandemi masih berlangsung dan aku khawatir untuk berpergian jauh. Hingga suatu hari Epik chat aku di WhatsApp.

“Ayo mingdep presentasi bareng, di kos teteh”, tulis Epik.

“Ya kan emang presentasi”, balasku.

“Menghindari sinyal jelek dan miskom”, ucap Epik.

“Lha aku ke Solo?”, tanyaku

“Iya, menghindari miskom”, jawab Epik.

Akhirnya setelah kupikir sepertinya aku memang harus ke Solo. Dengan mempertimbangkan berbagai hal terutama izin dari orangtua. Alhamdulillah orangtua setuju jika aku sementara waktu berada di Solo. Aku pun memesan tiket kereta secara online dan mendapatkan jadwal yang ku mau.

Aku berangkat dari Kebumen pagi hari , supaya sampai Solo sebelum duhur karena setelah duhur aku masih ada mata kuliah. 

“Sudah dipersiapkan semua barang yang mau dibawa?”, tanya Papah saat aku hendak berangkat.

“ Sudah Pah”, jawabku.

“Tidak ada barang yang tertinggal ya?”, tanya Papah lagi.

“Insya Allah nggak Pah” jawabku.

Lalu, aku pun berpamitan dan bersalaman dengan Papah sebelum berangkat. Perjalanan dari Kebumen - Solo membutuhkan waktu ±4 jam. Selama diperjalanan aku menikmati pemandanagan yang sudah lama tidak ku lihat. Maklum terakhir ke Solo sudah cukup lama, beberapa bulan yang lalu. Biasanya saat diperjalanan dalam kereta aku tertidur, kareana suasananya sepi dan dingin sehingga nyaman untuk tidur hehe. Walaupun begitu aku tidak pernah tertidur hingga kelewatan stasiun dimana harusnya aku berhenti. Sekitar ± pukul 10.00 WIB aku sampai di Solo. Alhamdulillah..

Sesampainya di Solo, Epik mengabari jika ia mau jemput aku di stasiun. Ya sudah aku menunggu Epik di Stasiun Purwosari. Epik datang menjemput cukup lama, sambal menunggu Epik aku mampir ke Alfamart untuk membeli minum saat aku hendak keluar ada yang menelpon ternyata Epik sudah sampai. Aku dan Epik saling  berhadapan dari kejauhan sambal telfonan. Kalau dipikir seperti adegan di sinetron haha..

Karena masih ada pembangunan jalan flyover di dekat Stasiun Purwosari, jadi jalannya dialihkan sehingga agak sedikit lama perjalanan dari Stasiun ke kampus. Karena Epik ada  keperluan jadi sebelum ke kos mampir terlebih dahulu ke kampus. Perjalanan tambah lama karena aku dan Epik bingung lewat jalan yang dialihkan karena kalo mau ke stasiun Purwosari biasanya enggak lewat jalan ini. Yang biasanya cuma 15 menit karena bingung jadi hamper 30 menit.

“Sebentar lagi ada jam kuliah lho , tapi belum nyampe juga” , ucapku sambal ketawa.

“ Kuliah on the road kita  ,Mak” , jawab Epik.

“Kalo kamu gojek aku kasih kamu bintang satu ya, abis muter muter ga jelas gini’’ balasku bercanda.

Akhirnya sampai kampus juga. kampus terasa sepi karena tidak banyak mahasiswa yang datang ke kampus, namun gerbang kampus terbuka.

“Akhirnya aku di kampus juga, udah lama baget nggak kesini”, ucapku sambil menghembuskan nafas.

Aku menelusuri lorong kampus psikologi, sunyi. Di ujung lorong terlihat beberapa orang sedang duduk di bangku lorong. Tampak tak asing mereka bagiku. Ya memang merka taka sing buat ku karena mereka teman-teman di IMM , yaitu Ila, Mas Dite, Mas Alfan. Sudah lama tidak bertemu mereka. Waktu sudah mendekati jam kuliah aku dan Epik yang satu kelas akhirnya memutuskan untuk kuliah di komisariat.

Saat berada di solo banyak hal yang dapat kulakukan yang tidak bisa aku lakukan saat berada di Kebumen. Banyak kegiatan dan pengalaman baru yang aku dapat selama disini seperti mengikuti Upgrading IMM,raker, pelantikan, rapat, pergi ke Desa Jayan, bertemu teman-teman, main, kuliah online. Di Solo aku sesperti menemukan rumah kedua , ya tempat dimana setiap aku berpulang selau ada orang-orang yang menanti kehadiranku  


  Reconnect with Qur’an: Menyingkap Rahasia dibalik Angka 19 dalam Al-Quran   Al-Quran adalah mukjizat sekaligus kitab suci terakhir y...