MENGAPA HARUS KE BARAT ?
Sebagian orang jahil dari kalangan kaum
muslimin kadang tertipu dengan kemajuan orang-orang barat yang notabene
beragama Yahudi atau Kristen. Kemajuan teknologi dan dunia orang barat
membutakan mata kaum muslimin sehingga merasa kecil hati dan minder dengan
kondisi mereka yang terbelakang, dan pada gilirannya kaum muslimin membebek
buta kepada kaum kafir barat, dan bangga dengan segala yang bermerek atau
berbau barat.
Kondisi ini semakin diperparah oleh informasi
yang dilancarkan orang-orang kafir bahwa mereka hebat dalam segala hal
keduniaan, seperti teknologi, ekonomi, budaya, pendidikan, teknik perang,
politik, dan lainnya. Hal ini memberikan opini bahwa apa saja yang dibutuhkan
oleh kaum muslimin, maka mereka harus belajar ke barat.Sampai pada titik yang
terparah, banyak anak-anak kaum muslimin yang belajar agama Islam ke barat.
Mengapa harus ke barat? Ini merupakan puncak
kebodohan kaum muslimin, mereka mendorong anak-anak mereka untuk belajar agama
kepada orang-orang barat yang jelas dan nyata bahwa mereka adalah orang-orang
kafir. Mereka ini yang Allah jelaskan permusuhan dan kebenciannya kepada kaum
muslimin dalam firman-Nya,
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS. Al-Baqoroh : 120).
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS. Al-Baqoroh : 120).
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tak senang dan
ridho kepada kaum muslimin sampai kaum muslimin mengikuti hawa nafsu dan agama
kaum Yahudi dan Nasrani yang terdapat dalam Taurat dan Injil yang telah
mengalami penyelewengan berupa penambahan, pengurangan, pengubahan, dan takwil
batil. [Lihat Nazhm Ad-Duror fi Tanaasub Al-Ayat wa As-Suwar (1/176) oleh
Burhanuddin Al-Biqo'iy -rahimahullah-]
Kebencian kaum kafir kepada kaum muslimin amat
jelas jika mau menilik Al-Qur’an dan Sunnah serta sejarah kehidupan manusia.
Kebencian dan makar mereka dalam menjauhkan manusia dari agamanya ditempuh
dengan berbagai cara, seperti melalui bantuan sosial dan kemanusiaan, politik,
budaya, dan pendidikan.
Kebencian dan makar mereka terkadang jelas dan terang, dan terkadang –bahkan sering- tersamar bagi kaum muslimin. Yang tampak dan jelas, seperti perang dan penjajahan yang dilancarkan oleh mereka atas kaum muslimin. Perang dan penjajahan itu mengusung misi penyebaran agama. Di bawah penindasan dan kekejaman mereka, banyak diantara kaum muslimin yang terpengaruh dan lebih memilih pindah agama alias murtad dari Islam menuju agama Kristen atau Yahudi. Adapun makar mereka yang terselubung, maka anda bisa lihat dalam aksi dan trik-trik politik, dan bantuan sosial atau bantuan pendidikan mereka kepada kaum muslimin.
Kebencian dan makar mereka terkadang jelas dan terang, dan terkadang –bahkan sering- tersamar bagi kaum muslimin. Yang tampak dan jelas, seperti perang dan penjajahan yang dilancarkan oleh mereka atas kaum muslimin. Perang dan penjajahan itu mengusung misi penyebaran agama. Di bawah penindasan dan kekejaman mereka, banyak diantara kaum muslimin yang terpengaruh dan lebih memilih pindah agama alias murtad dari Islam menuju agama Kristen atau Yahudi. Adapun makar mereka yang terselubung, maka anda bisa lihat dalam aksi dan trik-trik politik, dan bantuan sosial atau bantuan pendidikan mereka kepada kaum muslimin.
Banyak diantara kaum muslimin yang tak mencium
dan mengetahui makar kaum kafir barat. Mereka menganggap bahwa segala
tindak-tanduk kaum kafir barat tak ada hubungannya dengan agama yang mereka
dakwahkan.
Akhirnya, anak-anak kaum muslimin berlomba-lomba
belajar agama Islam dan lainnya kepada para orientalis dari kalangan kaum kafir
Yahudi dan Nasrani. Lantas mengapa harus ke Barat? Mengapa harus belajar agama
Islam kepada kaum kafir. Tiada lain, kecuali karena kebodohan kaum muslimin
tentang agamanya, kurangnya kepercayaan mereka kepada ulama Islam dan lebih
percaya kepada orientalis kafir yang siap merusak agama kaum muslimin. Semua
ini mereka lakukan demi meraih titel dan gelar yang menipu saja. Ketahuilah
bahwa titel dan gelar semu yang kita dapatkan, itu hanyalah bunga-bunga
kehidupan dunia yang menipu. Allah -Ta’ala- berfirman,
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka kami segerakan baginya di dunia apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir”. (QS. Al-Israa’ : 18)
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka kami segerakan baginya di dunia apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir”. (QS. Al-Israa’ : 18)
Jika seseorang belajar ke barat, memang akan
disediakan tempat dan kehormatan. Tapi apalah gunanya seorang belajar agama ke
barat, sedang ia menghadapkan dirinya kepada kehancuran agama dan aqidahnya.
Oleh karenanya, sering kita menjumpai para sarjana keluaran barat, sepulang
dari barat mereka mulai berusaha melakukan rekonstruksi (perombakan) ajaran
agama yang sudah lama terpatri dan diyakini dalam hati oleh kaum muslimin.
Padahal ajaran agama tersebut didasari oleh petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah
melalui penjelasan para ulama Islam dari zaman ke zaman.
Bangunan Islam yang kokoh itu berusaha
diobrak-abrik dan dirobohkan dengan alasan“rekonstruksi”. Islam yang diajarkan
oleh Allah dan Rasul-Nya bukanlah bangunan yang membutuhkan rekonstruksi dan
pemugaran, sebab agama ini telah sempurna, tak butuh kepada penambahan dan
pengurangan. Tapi yang butuh direkonstruksi adalah pemikiran para sarjana barat
yang tertipu dengan kaum kafir orientalis dalam memahami agama Islam yang suci
ini.
Aneh sungguh aneh, kaum muslimin belajar agama
kepada kaum kafir. Padahal Allah telah jelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa jika
ada seorang muslim yang fasiq datang kepada kita membawa berita, maka hendaknya
kita berhati-hati dan mengecek kebenarannya. Allah -Ta’ala-telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat,
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujuraat : 6)
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujuraat : 6)
Jika seorang muslim yang fasiq saja harus kita
periksa kebenaran beritanya, maka tentunya orang-orang kafir yang menyampaikan
berita (yakni, ilmu agama) kepada kita pun harus diperiksa baik-baik ucapan
mereka, bahkan harus ditolak, karena tak ada jaminan bahwa apa yang mereka
ajarkan bersih dari makar dan tendensi jelek. Itulah sebabnya, seorang muslim tak
boleh belajar dan menuntut ilmu agama dari orang-orang kafir. Oleh karena itu,
para ulama sepakat dari zaman Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, sahabat, dan
seterusnya dalam menolak hadits-hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang
kafir, karena mereka tak dianggap memiliki ‘adalah (kejujuran). Bagaimana
mungkin musuh akan jujur kepada musuhnya??!
Demikian pula, jika kita membuka lembaran
sejarah para ulama kaum muslimin, tak ada diantara mereka yang belajar agama
kepada kaum kafir, kecuali mereka yang tersesat jalan hidupnya.
Para ulama salaf dahulu tak mau belajar kepada
kaum munafik atau ahli bid’ah, apalagi kafir, karena mereka tahu benar kaum
kafir adalah musuh mereka yang senantiasa melancarkan makar dan permusuhannya;
kaum kafir tak boleh kita percaya.
Allah mengajari kaum muslimin agar jangan
mengambil bithonah (teman kepercayaan) yang mengetahui urusan pribadi kita.
Nah, urusan apakah yang paling penting bagi pribadi kita dibandingkan ilmu
agama yang akan mengarahkan pemikiran, keyakinan dan perbuatan kita??! Oleh
karenanya, seorang muslim tak boleh mengambil dan mencari ilmu agama dari para
kafir barat dan lainnya. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (2/106)]
Allah Ta’ala- berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmuorang-orang
yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata
kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah
lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika
kamu memahaminya”. (QS. Ali Imraan : 118)
Ayat ini banyak dilanggar pemuda-pemuda muslim
masa kini, sehingga merekapun akhirnya berlomba-lomba mencari peluang
menyelesaikan studi dan pendidikan agamanya di Amerika, Belanda, Kanada,
Inggris, Australia, dan lainnya. Mereka amat menaruh kepercayaan kepada
musuh-musuh Islam yang siap merombak dan merusak agamanya.
Lantaran itu, banyak diantara mereka yang
pulang ke Indonesia seusai belajar untuk melakukan perusakan agama. Dari mereka
banyak muncul pernyataan-pernyataan munafik yang menyayat hati kaum muslimin,
seperti “Jilbab itu budaya Arab”, “Cadar itu hanya untuk kaum yang hidup di
gurun pasir”, “Islam perlu di-reknstruksi”, “Syari’at Islam adalah zholim”,
“Semua agama itu benar, tak perlu dipersoalkan”, “Poligami itu adalah wabah”,
“Hukum Islam sudah tak relevan dengan perkembangan zaman”, dan lainnya.
Dari mana mereka mengambil statement
(pernyataan-pernyataan) yang berbahaya seperti ini??! Buah dari belajar agama
kepada kaum kafir barat yang amat benci kepada Islam. Mereka menginginkan Islam
dan umatnya hancur dengan memperalat para pemuda muslim yang lugu dan percaya
kepada para dosen dan orientalis kafir barat tersebut.
Dekade terakhir ini, para alumni barat hasil
didikan orientalis kafir berusaha menyebarkan paham kufur dan munafiq yang
mereka istilahkan dengan “pluralisme”, suatu paham yang mengajarkan bahwa semua
agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh
sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja
yang benar sedangkan agama yang lain salah!!
Jelas ini batil!! Dengan munculnya beberapa paham kafir
ini yang menyelisihi firman Allah -Ta’ala-,“Barangsiapa mencari agama selain
agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imraan : 85)
Ayat ini meruntuhkan paham pluralisme dari
akarnya, sebab ayat ini menjelaskan bahwa tak ada agama yang benar dan diterima
oleh Allah, selain agama Islam yang dibawa oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-.
Syaikh Muhammad
Al-Wushobiy Al-Yamaniy -hafizhohullah- berkata, “Barangsiapa yang tak mau
mengkafirkan orang Yahudi, Nasrani, Majusi, musyrik, atheis, dan lainnya
diantara berbagai jenis orang kafir, ataukah ia ragu tentang kekafiran mereka,
atau ia membenarkan agama mereka, maka ia kafir!!”. [Lihat Al-Qoul Al-Mufid fi
Adillah At-Tauhid (hal. 46)]
Komentar
Posting Komentar