Diskusi Online Psikologi PK IMM Al-Ghozali & PK IMM Psikologi UMP
DISKUSI PSIKOLOGI
Pengaruh Covid-19 Terhadap Kecemasan dan Psikosomatis
Diskusi online psikologi ini di laksanakan pada hari minggu, tanggal 29 Maret 2020 yang di selenggarakan secara daring melalui Whatsapp Group. Diskusi ini pematerinya ada dua dengan sudut pandang yang berbeda dalam pembahasannya, yaitu pemateri 1 membahas pengaruh covid-19 terhadap kecemasan dan pemateri 2 membahas pengaruh covid-19 terhadap psikosomatis. Pemateri satu, yaitu Gisella Arnis Grafiyana, S.Psi., M.A. sebagai dosen psikologi di Universitas Muhammadiyah Purwokerto sedangkan pemateri dua, yaitu Ajeng Nova Dumpratiwi, S.Psi., M.Psi., Psikolog . sebagai dosen psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Panitia diskusi online psikologi ini dari Bidang Media dan Komunikasi PK IMM Al-Ghozali dan PK IMM Psikologi UMP, dengan ini kita saling bekerja sama demi kelancaran kegiatan tersebut dan sekaligus memperkuat hubungan silahturahim.
Berikut notulensi yang kami dapat dari diskusi :
1. Kecemasan
Kemungkinan munculnya kecemasan diakibatkan dari pandemik
covid-19 yang sampai saat ini belum mereda. Pertama kita perlu memahami betul
pandemik yang sekarang mewabah ini minimal dari cara penularan, pencegahan, dan
penanganan jika terpapar atau terindikasi terkena virus tersebut. Untuk
mendapatkan informasi yang valid dan menghindari kesimpangsiuran, selalu
usahakan mencari informasi dari sumber terpercaya (siapa yang memberikan
informasi dan sumber informasi).
Setelah mendapatkan informasi saya yakin tidak sedikit dari
kita yang kemudian menjadi takut untuk berinteraksi di luar dan lebih banyak memikirkan
hal negatif jika terdapat simtom yang mirip dengan informasi yang didapat. Hal
itu wajar, tetapi ingat, penting sekali untuk tidak memperburuk keadaan dengan
mengembangkan pikiran dan perasaan negatif itu sendiri, sekarang banyak sekali
media yang menyediakan teman-teman yang merasa kondisinya kurang baik dan
curiga terhadap virus tsb dengan menanyakan kepada ahlinya.
Oke sampai sini bisa dipahami ternyata kondisi cemas
terhadap pandemik ini adalah respon yang normal. Lalu, cemas sendiri itu apa?
Cemas adalah
perasaan samar-samar, rasa yang tidak mudah untuk merasakan bahaya di masa yang
akan datang.
Gejala gangguan kecemasan umum meliputi :
Merasa
gelisah, lelah, atau tegang
Menjadi
mudah lelah
Memiliki
kesulitan berkonsentrasi; pikiran menjadi kosong
Menjadi
mudah tersinggung
Memiliki
ketegangan otot
Kesulitan
mengendalikan perasaan khawatir
Jika intensitas dan frekuensi berlangsung simtom tidak
berhenti selama 1 pekan penuh, bisa menghubungi psikolog secara online (untuk
saat ini) untuk meminta pertolongan.
Secara psikologis dianggap wajar jika dalam intensitas yang
normal, karena kecemasan merupakan tanda alarm yang memperingatkan kita bahwa
bahaya sudah dekat dan membangkitkan kita untuk meresponnya secara tepat.
Kecemasan taraf ringan-sedang : menstimulasi individu
menjadi lebih waspada dan resposif pada situasi yang membutuhkan perhatian
lebih (fascilitating anxiety).
Kecemasan yang berlebihan: memperburuk performa kita
(debilitating anxiety).
Kecemasan bisa berkembangan dari tekanan/stressor yang dialami selama wabah berlangsung:
1) Takut dan
khawatir tentang kesehatan diri sendiri dan kesehatan orang yang dicintai
2) Perubahan
pola tidur atau makan
3) Sulit
tidur atau berkonsentrasi
4) Memburuknya
masalah kesehatan kronis
5) Peningkatan
penggunaan alkohol, tembakau , atau obat-obatan lainnya
6) Rutinitas
sehari-hari yang terganggu karena harus isolasi diri di rumah
Lalu yang bisa dilakukan untuk bisa mengurangi kecemasan
yang mungkin muncul akibat pandemik covid ini?
• Batasi
diri dari berselancar terkait berita pandemik covid-19. Mendengar tentang
pandemi itu berulang kali bisa membuat kesal.
• Jaga imun
tubuh dengan teratur mengkonsumsi makanan dan minuman dengan kandungan yang
meningkatkan imun, olahraga dan tetap usahakan tubuh terpapar sinar matahari.
Lakukan relaksasi jika merasa penat dengan dengan kondisi di sekitar, atur pola
tidur, hindari perilaku tidak sehari seperti minum alkohol, merokok, dan
mengkonsumsi obat berlebihan.
• Luangkan
waktu untuk relaksasi dan bersantai tanpa memikirkan beban kerja maupun kuliah,
dan temukan hobi serta hal baru yang selama ini belum pernah dilakukan.
• Tetap
berusaha berkomunikasi dengan orang lain. Berbicaralah dengan orang yang dipercayai
tentang kekhawatiran dan bagaimana perasaan dialami.
2. Psikosomatis
Kita semua mengetahui bahwa saat ini Allah sedang menguji kita dengan pandemi Covid-19. Banyak sekali dampak dari hal tersebut, ekonomi, fisik, dan khususnya psikologis. Seperti yang akan kita diskusikan lebih lanjut pada kesempatan kali ini. Oke, baiklah mengakui atau tidak, sadar atau tidak sadar, pasti sebagian dari teman-teman semua merasakan kecemasan ya terkait keadaan ini, apapun itu yang dipikirkan tentang covid-19 pasti ada rasa cemas yang muncul. Wajar kita merasa cemas seperti ulasan selanjutnya terutama ketika menghadapi keadaan yang tidak pernah ita inginkan seperti ini. selain cemas kira-kira apalagi dampak dari pandemi ini terkait kondisi psikis kita?
Semua tegangan tegangan psikis yang muncul atau energi negatif yang muncul, seperti cemas, dsb akanbeprengaruh juga terhadap kesehatan fisik. Jika dalam dunia Psikologi dikenal sebagai gangguan Somatoform, dalam kesempatan kali ini kita akan bahas lebih fokus ke bagian Psikosomatis. Biasanya orang awam bahka kita sering terbalik antara somatisasi dan psikosomatis. Saya akan membantu teman-teman membedakan keduanya agar dalam pembahasan materi sudah memiliki satu sudut pandang sama. Untuk somatisasi itu fisik mempengaruhi psikis (fis-psi). Sedangkan psikosomatis (psi-fisik).
Psikosomatis sendiri muncul akibat ketegangan psikis yg muncul ketika kita menghadapi situasi yg mengancam atau situasi yg tidak nyaman. Secara fungsi tubuh tekanan ini akan memerintahkan otak memproduksi hormon dimana akan berefek pada kondisi fisik. Lalu seperti apa cirinya yg mudah diketahui: nyeri, gatal2, pusing, sakit perut, sesak nafas, dan berbagai keluhan lain.
Contoh sederhana: Ketika teman-teman akan menghadapi UAS tp blm belajar, bagaimana perasaannya? Cemas, stress, tertekan, terancam. Pernah tidak merasa jadi ingin sering buang air, sakit perut, sakit kepala, demam. Tapi ketika selesai UAS fisik kembali normal. Itu adalah contoh psikosomatis yg sering muncul.
Biasanya orang-orang psikosomatis akan mencari konfirmasi dari lingkungan luar terhadap keluhannya. Untuk diingat GANGGUAN FISIK YANG MUNCUL TIDAK BISA DIJELASKAN SECARA MEDIS, mudahnya adalah ketika di periksa tidak ada gangguan fisik.
Situasi kita saat ini ditengah pandemi corona pasti membuat kita tidak nyaman. Terkadang membaca berita, membaca gejala2 awal corona tiba tiba tenggorokan kita gatal kemudian batuk, kita pusing, suhu badan kita meningkat. Kemudian di pikiran muncul "lho kok skrg fisikku sama sot gejala org yg terinfeksi covid 19". Nah tunggu dulu mungkin itu psikosomatis.
Obatnya apa dong psikosomatis? Obatnya diri kita sendiri, mengendalikan pikiran, emosi, dan sikap untuk tetap terkontrol dalam menghadapi suatu ancaman (sekarang : covid 19).
Komentar
Posting Komentar