Optimalisasi Peran Perempuan dalam Pembangungan Bangsa
oleh: Riandini Pawaswari Sapitri
Peran manusia dalam aspek kehidupan
memiliki tempat dan tugasnya masing-masing, Namun secara realitas permasalahan
terkait peran yang diperdebatkan menjadi penghambat individu untuk menjalankan
peran dengan baik. Manusia sering kali merebutkan eksistensi peran antara
perempuan dan laki-laki yang berbuah menjadi seterotipe, dan pemikiran itu
tidak di filterisasi oleh masyarakat sehingga menjadi hidangan yang di makan
mentah-mentah. Peran perempuan secara fakta sering kali di kesampingkan atau
bahkan di sudutkan atas peran sosial. Menurut
Mutakhir
ini diskursus tentang paradigm peran perempuantidak ada habisnya, baik
perempuan sebagai actor pekerjaan domestik atau peranya di ruang public tidak
kunjung usai. Beradugagasan untuk memenangkan supaya perempuan bisa di pandang
sama oleh semua manusia, namun hal tersebut lama-lama seperti lingkaran setan
yang tidak ada akhrinya, saling menyalahkan beradu gagasan hingga hal ini sudah
terjadi semenjak abada 19 sampai paling terkini masih bersifat fluktuatif
dimana dinamika arus masih naik turun. Perempuan sampai saat sekarang pun
menjadi perbincangan yang masih menarik untuk dibahas. Namun sayangnya, semakin
kesini kefokusan itu hanya berhenti pada adu gagasan sedangkan secara realitas
kualitas perempuan menjadi pengaruh terhadap kehidupan. Salah satu tokoh
perempuan inspiratif adalah Kartini, dimana beliau menggagas 5 konsep
pendidikan perempuan
Perempuan cerdas tidak mungkin mendidik dan mengurus tanpa melibatkankan ayahnya, artinya mereka akan paham apa yang di butuhkan oleh anak-anaknya. Kasus terkini yang terjadi adalah tingkat fatherless di Indonesia sangat tinggi, dari kasus itu apakah kaum perempuanmasih tetap disalahkan? Jika perempuan itu yang menghambat itu bisa disalahkan namun yang terjadi adalah pembagian peran yang kurang tepat, dimana perempuan bertugas di rumah mendidik anak dan laki-laki mencari nafkah tanpa melibatkan dirinya untuk ikut mendidik anak. Namun bukan sudah saatnya untuk saling menyalahkan dengan adanya kasus ini menyebabkan anak itu menjadi tidak percaya diri, sulit mengambil keputusan sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus bangsa. Perempuan dan laki-laki di ciptakan untuk saling melengkapi dan menutupi kekurang dan kelebihan bukan untuk bersaing mana yang paling unggul dan layak, saat ini waktunya untuk mengoptimalkan peran perempuan bukan melalui adu gagasan tapi kristalisasi terhadapa pemahaman cara mendidik anak dengan baik sehingga tumbuhh menjadi pribadi yang sehat secara fisik dan psikis. Pola asuh merupakan hal yang sangat urgent dala kehidupan karena akan menjadi prediktor akan tumbuh seperti apa anak itu. Ada satu hal lagi yang perlu kita perhatikan selain optimalisasi dari personal perempuan sendiri disamping itu perlu adanya pembagian tugas yang baik, apa saja peran perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Pembagian ini bisa dilakukan sebelum ataupun setelah kita mengambil keputusan. Upaya tersebut bisa menjadi akar untuk optimalisasi peran perempuan dalam membangun bangsa tidak menjadi lagi perempuan yang tertinggal dengan gaya klasik tapi pemikiran yang cemerlang sehingga menjadi perempuan berkemajuan.
Referensi:
Nasution, L. (2019). Potret Perempuan dalam
Bingkai Ketatanegaraan. Buletin hukum dan keadilan, Vol.3 No. 3.
Pradita, S. M. (2020). Sejarah Pergerakan
Perempuan Indonesia Abad 19-20: Tinjauan Historis Peran Perempuan dalam
Pendidikan Bangsa. Chonologia, Vol. 2 no. 1 Hal. 65-78.
Rahman , H., Nahdliyyatul Azimah, &
Lyna, N. (2021). Sinergitas Perempuan Dalam Bidang Sosial (Studi Paradigmatis
Yusuf Qardhawi dala Fatawa Al-Muashirah). Jurnal Perempuan, Agama dan
Gender, 20(2), 148-159.
Komentar
Posting Komentar