Hikmah dari Viral Penjual Es Teh yang Diolok-olok: Refleksi Akhlak dalam Islam

 


Belakangan ini, masyarakat dikejutkan dengan video viral dari seorang ulama, Gus Miftah, yang mengolok-olok penjual es teh berinisial S. Pria berusia 38 tahun tersebut berjualan es teh keliling di Kota Magelang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya setelah mengalami cedera yang membatasi kemampuannya bekerja. Video tersebut memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama karena dianggap tidak mencerminkan akhlak yang baik.

 

Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya menjaga lisan dalam berinteraksi dengan sesama. Dalam Islam, menjaga lisan adalah bagian dari akhlak mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Hadis ini menekankan pentingnya berbicara dengan hati-hati agar tidak sampai menyakiti perasaan orang lain. Dalam video yang viral tersebut, meskipun Gus Miftah hanya bermaksud untuk bercanda, namun tanpa sadar dapat melukai hati S yang pada saat itu sedang berjualan es teh. Dari sini dapat kita ketahui bahwa ucapan yang tidak dipikirkan dengan matang bisa saja dapat melukai perasaan seseorang, seperti yang dialami oleh S.

 

Perilaku mengejek atau merendahkan orang lain juga dilarang dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).” (QS. Al-Hujurat: 11)

 

Ayat ini mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki kehormatan yang harus dijaga. Merendahkan seseorang, terutama karena pekerjaannya, tidak hanya dapat melukai hati individu yang bersangkutan tetapi juga melanggar prinsip kesetaraan dan penghormatan dalam Islam.

 

Setelah video tersebut viral, Gus Miftah segera meminta maaf kepada S (penjual es teh) dan menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud untuk merendahkan. Permintaan maaf ini merupakan langkah positif yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Islam, meminta maaf dan memaafkan adalah perbuatan mulia yang dapat menyembuhkan luka hati.Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan amarahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

S sendiri menunjukkan sikap yang patut diteladani dengan memaafkan. Sikap ini mencerminkan keteguhan hati dan pengamalan nilai-nilai Islam yang mengutamakan kedamaian.

 

Insiden ini mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati dalam berbicara dan bersikap. Dalam era media sosial sekarang ini yang di mana setiap tindakan dapat dengan mudah tersebar, menjaga akhlak adalah kewajiban yang semakin penting. Rasulullah SAW mengingatkan:

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh merendahkannya.” (HR. Muslim)

 

Kisah S dan Gus Miftah adalah cermin untuk introspeksi diri. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk selalu menjaga kehormatan orang lain dan menjauhi perilaku yang dapat menyakiti hati mereka. Semoga insiden ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa berakhlak mulia, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia maya.

“Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21)

 

#RinganBahasaDalamMaknanya

 

 

Referensi:

Christvidya, K. P. (2024, December 4). Gus Miftah Minta Maaf dan Temui Langsung Penjual Es Teh. KapanLagi.com. https://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/gus-miftah-minta-maaf-dan-temui-langsung-penjual-es-teh-75420a.html 

Susanto, E. (2024, December 4). Cerita Sunhaji Jualan Es Teh gegara Cedera, Kini Viral Diolok Gus Miftah. Detikjateng. https://www.detik.com/jateng/berita/d-7670582/cerita-sunhaji-jualan-es-teh-gegara-cedera-kini-viral-diolok-gus-miftah 

Komentar

Postingan Populer