Inklusivitas Perkaderan Era Digital: Jembatan Menuju Keterlibatan Merata dalam Revolusi Teknologi
Oleh IMMawati Isro Fajariya Hafizha
Urgensi Menjadi Seorang Instruktur
Perkaderan IMM (Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah) terus mengalami perubahan demi menjawab tantangan zaman yang
semakin maju, sampai hari ini perjalanan IMM tidak pupus oleh gejolak waktu.
Hingga hari ini IMM masih membumikan gerakan dan selalu ber-fastabiqul khairat untuk persyarikatan,
negara, dan dunia dengan berperan memberikan wadah untuk mahasiswa
mengembangkan karakter yang islami, inovatif dalam intelektual dan
berkontribusi dalam aktivitas sosial serta berorganisasi. Menjadi anggota IMM
dapat menumbuhkan karakter individu yang berkontribusi positif kepada
masyarakat dengan landasan nilai-nilai Islam.
Perjalanannya IMM cukup berliku dalam menghadapi dinamika
dan problematika yang terjadi di negeri ini, dimana pencapaian IMM di masa lalu
menjadi bekal untuk di masa depan.
Dadang Kadarusman
pernah berkata bahwa “kalau hanya masa lalu dan masa kini yang Anda pikirkan,
Anda akan kesulitan ketika harus berhadapan dengan masa depan”. Masa depan
organisasi ini ada dalam genggaman kader-kader IMM sendiri sebagai salah satu
harapan generasi Muhammadiyah di masa depan. Masa lalu menjadi bahan referensi
dan evaluasi guna mendukung motivasi dan inovasi pergerakkan yang lebih baik
dan maju. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan gerakan perkaderan yang
terbaik guna mewujudkan kader yang berkualitas sehingga membutuhkan
instruktur-instruktur IMM yang berkualitas pula dalam mewujudkan IMM
berkemajuan.
Perkaderan merupakan suatu hal
yang fundamental dalam menciptakan kader sebagai jantung organisasi dengan
sistem perkaderan yang menghimpun kuantitas hingga menjadi kualitas dengan
mencetak gerakan-gerakan konkret baik secara internal maupun eksternal dengan
menghasilkan monumen berupa catatan tinta emas yang menggembirakan. Perkaderan
khusus diproyeksikan untuk terbentuknya instruktur yang profesional sehingga
dapat membantu pimpinan IMM dalam membangun IMM dengan melakukan pemetaan
berdasarkan kondisi kader dan fase kader, sehingga dengan adanya pemetaan kader
dapat menghasilkan evaluasi yang menjadi data untuk membentuk kualitas kader.
Lahirnya kader-kader unggul tidak
lepas dari peran instruktur sebagai laboratorium perkaderan, hal ini sudah
tertuang dalam Sistem Pengkaderan Ikatan (SPI) sehingga untuk mencapai
terwujudnya perkaderan yang masif perlu adanya kerjasama antara tim instruktur,
penanggung jawab, panitia pelaksana, pembicara, fasilitator dan calon kader
yang menjadi sasaran. Instruktur diibaratkan sebagai sosok guru yang bertugas
mendidik kader yang berkarakter untuk menjadi pemimpin di masa depan hal paling
mendasar yang dilakukan instruktur adalah belajar dan menjadi seorang
pembelajar, sebagaimana menurut Harun Baharuddin baik atau buruknya regenerasi
kader salah satu satu tanggung jawab instruktur karena instruktur memiliki
tanggungan menjadi pelopor keberlangsungan dalam pembentukan kader sesuai
dengan lahan dan ranah gerak masing-masing instruktur pada tingkatan
pengkaderan utama ataupun khusus.
Inklusivitas Perkaderan Era Digital
Inklusivitas perkaderan era
digital sangat perlu diperhatikan karena di tengah tantangan zaman seperti saat
ini idealnya perkaderan harus mampu bertahan dan bahkan menjadi pemimpin dalam
percakapan publik di ruang digital, namun nyatanya IMM tidak mampu memimpin
narasi publik di ruang digital hal ini dinyatakan oleh Muh. Akmal Ahsan, Ketua
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) dalam sambutannya saat pembukaan pembukaan Latihan Instruktur
Madya (LIM) DPD IMM DIY 2022. Sehingga berangkat dari kondisi ini Akmal
menganggap esensial bagi para kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) untuk
menggalakkan radikalisasi ideologi. Tiga aspek yang perlu ditekankan dalam
proses radikalisasi ini melibatkan penghayatan, pemahaman, dan pergerakan.
Dengan melaksanakan radikalisasi ideologi tersebut, diharapkan kader IMM dapat
menjadi pemimpin dalam menyuarakan diskusi publik dengan pendekatan yang
positif.
Inklusivitas merupakan prinsip
yang menekankan pentingnya mengikutsertakan atau melibatkan beragam kelompok
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan,
kepemimpinan, dan partisipasi sosial. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan yang adil, beragam, dan merata di mana setiap individu memiliki
kesempatan yang sama untuk berkontribusi, berkembang, dan merasa diakui.
Sehingga inklusivitas perkaderan bagaimana IMM memanfaatkan digitalisasi bukan
hanya sekadar memindahkan workshop luring menjadi daring dengan platform Zoom atau Google Meet. Bukan sekadar menggunakan aplikasi atau teknologi,
tetapi dengan bersungguh-sungguh mengadopsi prinsip kaderisasi digital namun
juga beriringan dan sesuai dengan local wisdom yang berlaku.
Adapun beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai jalan inklusivitas perkaderan yaitu dengan merancang
sistem yang berorientasi pada kenyamanan dan kesejahteraan pelaku organisasi
namun nilai-nilai dan prinsip organisasi harus sesuai dengan kebutuhan kader
dan organisasi, jadi organisasi bukan senior yang mengatur junior namun
kaderisasi bersifat egaliter. Adapun dari segi program tidak memisahkan antara
kader dengan dunianya maka materi dan nuansa perkaderan harus terhubung dengan
ekosistem asalnya serta perkaderan yang bersifat horizontal dengan memandang
semua orang berhak mendapatkan materi yang sama hanya skala implementasi yang
berbeda. Perkaderan IMM haruslah dapat dilanjutkan terus menerus tidak bersifat
buntu namun dapat di hubungan dengan kegiatan dari bidang lain, dan berbasis
data sesuai dengan local wisdom dan
kebutuhan kader sendiri, sehingga ada informasi yang konkret saat menentukan
keputusan ingin diarahkan kemana dan bagaimana kader-kader sesuai dengan
potensi yang dimiliki, dan juga dengan kemajuan teknologi keamanan dan privasi
data akan lebih mudah diadopsi untuk keamanan informasi organisasi karena rezim
data yang baik akan mempermudah kita mengadopsi teknologi ‘blockchain’ di kemudian hari. Ini teknologi masa depan. Dalam
melaksanakan berjalannya organisasi di era digital sudah tidak relevan lagi
dengan sistem terpisah sehingga IMM harus bekerja sama dengan pihak lain dalam
melakukan kaderisasi organisasi yaitu dengan inklusif bukan eksklusif.
Inovasi Perkaderan Digital IMM
IMM memang mempunyai
tradisi-tradisi produktif yang diadakan secara kultural namun di era digital
saat ini harus diimbangi dengan inovasi-inovasi gerakan untuk menjawab
tantangan dan tuntutan zaman dengan adanya kebaruan dan sistem gerakan yang
harapannya berdampak lebih luas dengan efektif dan komprehensif. Sehingga perlu
adanya perubahan bentuk kaderisasi dengan improvisasi dan inovasi dakwah dalam
menghadapi era disrupsi teknologi digital. Sebagaimana yang dipaparkan oleh
Alfi Nurhidayat mantan Ketua PDPM Kabupaten Malang. Fenomena disrupsi digital
terjadi atas dasar inovasi dan perubahan yang besar secara fundamental akibat
dari pesatnya teknologi digital. Maka dari itu perlu adanya digitalisasi
perkaderan sebagai improvisasi dan inovasi perkaderan di Muhammadiyah.
Inovasi perkaderan dapat
berbentuk kurikulum perkaderan yang dilakukan secara terintegrasi dan
terinterkoneksi di era digital, dengan bentuk kurikulum yang sesuai dengan
kondisi zaman sehingga selain memperhatikan ideologi Muhammadiyah dan
nilai-nilai keIslaman dan Pancasila maka memerlukan konsistensi dari segala
lini perkaderan untuk membentuk gagasan yang dapat dijadikan pedoman sebagai
landasan kegiatan yang dilakukan. Inovasi dalam perkaderan dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu luring (perkaderan utama) dan daring (perkaderan
fungsional) dimana dalam realisasinya perkaderan yang ideal adalah hasil
kolaborasi antara cara luring dan daring. Dengan mengadakan kegiatan-kegiatan
yang memadukan antara kultural dan digital menjadi sarana IMM untuk berbagi ilmu
secara komprehensif dan berkemajuan.
Inovasi perkaderan dapat dituangkan melalui program kerja
yaitu program yang mengedepankan terkait ideologis secara kultural namun juga
menggunakan platform digitalisasi untuk berkemajuan agar lebih efektif dan
efisien, misalnya ketika kita melakukan kajian isu atau kegiatan yang dilakukan
secara langsung dapat pula dilakukan hybrid
dengan memanfaatkan platform media
sosial baik untuk menyebarluaskan atau manajemen sistem seperti dalam hal
datadata perkaderan, sistematika perkaderan, dan pedoman kegiatan untuk
menyukseskan perkaderan
IMM. Sesuai
dengan seruan Allah dalam Q.S Al-Imran ayat 110 : “Kamu (umat islam) adalah
umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat)
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara
mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
sehingga kita perlu melakukan pemerataan perkaderan di segala lini yang bisa
dimanfaatkan sebagai alat perkaderan.
Memasifkan teknologi dalam
program kerja dapat berbentuk memaksimalkan sosial media baik secara konten
berbentuk tulisan, video, audio, visual maupun kombinasi semuanya. Dengan
kemudahan mengakses internet semua orang dapat mendapatkan informasi dengan merata.
Daftar Pustaka
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Periode 2018-2020,. Sistem Perkaderan Mahasiswa Muhammadiyah 2021
MPK PP Muhammadiyah, 2016., Sistem Perkaderan
Muhammadiyah
Tim Materi Lokakarya, 2021., Modul Perkaderan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Kota Surakarta.
Hadi, 2022., Menuju
Perkaderan Berbasis Digital., https://infomu.co/menuju-perkaderan- berbasis-digital/
Rizal, 2021., Digitalisasi Sangat Penting di
Muhammadiyah.,
https://pwmu.co/217101/11/21/digitalisasi-perkaderan-sangat-penting-di-muhammadiyah/
Yulinto, 2020., Pengkaderan
dan Peran Instruktur dalam IMM.,
https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/09/04/pengkaderan-dan-peran-instruktur-dalam-imm/
Pahdepie, 2022., Sembilan Prinsip Kaderisasi
Digital https://suaraaisyiyah.id/sembilan-prinsipkaderisasi-digital/
Komentar
Posting Komentar